"Amar itu sejak kecil kalau pakai baju selalu celana pendek. Dibelikan rok, tapi tidak pernah mau dipakai. Bapak kami membelikan boneka tapi tidak pernah mau dipakai. Waktu kecil pilihan dia pasti mobil-mobilan, robot, pistol," kata Muis.
"Karena saya tahu kecilnya, saya tahu ini tidak mungkin dibentuk dari lingkungan. Saya jadi yakin ada kodrat ilahi, yang punya hati itu Allah, yang bisa membalikkan hati itu Allah, jadi tugas manusia hanya untuk ikhtiar dan berdoa," katanya.
"Awalnya sanget stres sekali, saya kepikiran betul. Tapi saya bangga sekarang," kata Muis. Dia bersyukur berada dalam komunitas muslim yang sangat heterogen dan toleran, dengan tradisi pesantren yang saling menguatkan.
"Sering kali orang menyarankan agar saya meminta Amar berubah. Saya katakan, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pada akhirnya tetep begitu, itu kekuasaan Allah. Saya tidak bisa melakukan banyak di luar kemampuan saya.
"Tugas saya dan kemampuan saya adalah support, karena dia adik saya. Saya bahkan memberi pesan balik, tugas kita sebagai manusia adalah memanusiakan manusia," kata dia.
Kini Muis berharap adik laki-lakinya terus berkarya dalam bidang keilmuan agama, dan dapat membantu mengelola pesantren keluarga.
Saat BBC News Indonesia menemui Amar di rumah sekaligus pesantren keluarganya di Kendal, Jawa Tengah, sedang ada acara syukuran untuk melepas kepergian Amar melanjutkan sekolah ke Universitas Birmingham, Inggris.
Teman-teman Amar dari sekitar pesantren dan dari organisasi pemuda turut hadir, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian dari mereka adalah teman-teman yang menyaksikan transisi Amar dari perempuan menjadi laki-laki.
"Saya tidak kaget juga, dulu waktu dia masih cewek sudah kerasa. Soul-nya terasa kalau cowok. Secara sikap juga menunjukkan, tapi yang paling besar terasa jiwanya, memang kayak cowok," kata Aldila Akbar, teman Amar.
Aldila mengaku tidak peduli dengan komentar negatif beberapa orang ketika mengetahui dia berteman akrab dengan Amar. "Ada sebagian orang yang mengatakan takut saya ketularan menjadi trans. Tapi saya tidak ambil pusing sih," kata Aldila.