Latifah, teman yang telah mengenal Amar sejak kecil, tidak setuju dengan perubahan Amar menjadi transpria.
"Saya tahu betul itu dilarang agama. Tapi akhirnya saya melihat dia sebagai manusia dan harus dimanusiakan. Urusan saya dengan dia, kami baik. Urusan dia dengan Tuhannya, biarkan dia sendiri," kata Latifah.
Dia mengaku sudah sering menasihati dan menegur Amar.
"Saya tidak pernah membenarkan, saya tidak pernah mengiyakan, saya hanya, ya sudahlah mau gimana lagi. Memanusiakan manusia saja. Saya menganggapnya dia lagi sakit dan suatu saat akan sembuh," kata Latifah.
Meski demikian, Latifah mengaku tetap akan terus berteman dan mendampingi jika Amar menghadapi kesulitan atau diskriminasi.
"Teman-teman militannya Amar ya kita-kita ini. Semuanya kompak tidak akan pernah sedikit pun meninggalkan. Kami tidak pernah merasa dia adalah orang yang berbeda," kata Latifah.
Kembali pada penuturan Amar:

Yang paling berat adalah menyaksikan keluarga juga dihujat.
Bagi saya, pilihan untuk transisi sudah menjadi risiko perjuangan, dihujat dan dicaci.
Tapi momen yang paling berat adalah ketika melihat Ibu saya, Bapak saya, mereka juga harus berhadapan dengan cemoohan orang lain. Orang bilang, "Kyai dan Bu Nyai tidak bisa mendidik anaknya".