"Artinya apa? Menurut papa, tetaplah berdiri di depan, karena berdiri di belakang, kita akan terlihat kecil," ujarnya.
Memiliki nama yang hanya satu huruf sempat membuat Nenek O menjadi bahal olok-olok teman sebayanya.
Dia mengalami hal itu ketika masih bersekolah. Khususnya saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Waktu masih kecil, saat masih di SD memang jadi beban karena sering diolok-olok sama teman-teman. Saya merasa nyamannya baru setelah di SMA," kata mantan komisioner Panwaslu Limapuluh Kota itu.
Baca Juga:Beri Nama Anaknya 'Dot Com', Begini Kisah Percintaan Pasutri Asal Gresik
Bahkan, sambung O, pada saat masih SMP ia pernah disarankan ganti nama oleh gurunya di SMP Bunga Setangkai yang saat ini merupakan SMPN 1 Kecamatan Payakumbuh.
"Guru SMP saya sempat meminta nama saya diganti jadi Osnawati. Namun, papa saya tidak mau dan menenangkan saya dengan kalimat SMP kan tidak lama. Enam tahun lagi, kamu sudah kuliah," ujarnya yang kini telah memiliki dua cucu.
Supaya guru di SMP tersebut tidak tersinggung, orang tua O beralasan nama putri mereka tidak bisa diganti karena sudah tertera dalam daftar keluarga PNS.
Ia mengatakan bahwa dirinya baru mulai nyaman dengan namanya, saat masuk SMAN 1 Danguang-Danguang yang kini bernama SMAN 1 Kecamatan Guguak. Bahkan sempat memberikan keuntungan baginya.
“Pada saat SMA itu kan guru setiap mata pelajaran, kan beda-beda, pada awalnya guru yang melihat daftar hadir, menyangka O itu bukan nama, tapi nol sehingga kalaupun saya tidak hadir dalam kelas, nama saya tetap diberi ceklis, meskipun itu tidak lama," ujar alumni Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah itu.
Baca Juga:Unik, Suami Istri Ini Kasih Nama 3 Anaknya Dot Com, Wartawan Media Online?
Setelah tamat SMA dan hingga sekarang berprofesi sebagai pengacara, O mengaku mulai menikmati nama unik pemberian ayahnya itu.
“Saya bangga punya nama O. Apalagi, kata papa dan mama sebelum mereka meninggal, nama itu warisan paling abadi diberikan orang tua yang tidak akan pernah hilang,” kata nenek O.
Ia menyebutkan bahwa dia memiliki seorang adik kandung yang namanya juga satu huruf yakni Z. Namun, Z telah meninggal dunia pada 11 November 2017.
"Kalau Z saat diucapkan kan kesannya masih bisa tiga huruf, bisa Zed atau Zet. Kalau nama saya, kan tidak bisa ditambah. Sekali dilafazkan O, penulisannya tetap O," pungkas pengacara O.
Kini, O telah merasakan manfaat pemberian nama terpendek. Sebab, orang-orang lebih mudah mengingat namanya, baik rekan se-profesi maupun teman-teman di masa sekolah dulu.
"Saya tipikal orang pelupa. Kadang karena sudah lama tak bertemu sering tidak ingat namanya, sementara orang itu masih ingat nama saya. Kalau sudah seperti itu, maka saya sering minta maaf," tutupnya.[Antara]