Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Jum'at, 15 Desember 2023 | 13:30 WIB
Wajah Datar dan Pandangan Mata Lurus ke Depan, Anies Tak Merespon Saat Disinggung Soal Ordal [Suara.com/Mae Harsa]

SuaraBekaci.id - Calon Presiden (Capres) nomor urut 01, Anies Rasyid Baswedan bungkam saat diberikan pertanyaan terkait fenomena orang dalam (ordal) disebut-sebut menyinggung Gibran Rakabuming Raka.

Anies sebelumnya dalam debat Capres perdana yang diselenggarakan di KPU pada Selasa (12/12/2023) menyinggung soal fenomena orang dalam.

Statement tersebut rupanya ramai di sosial media, banyak dari netizen menyebut bahwa pernyataan Anies soal ordal itu menyasar untuk calon Wakil Presiden (cawapres) nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka.

“Soal orang dalam sebenarnya menyasar siapa pak? Menyinggung Gibran atau bagaimana?,” tanya awak media kepada Anies Baswedan di Islamic Center Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/12/2023).

Baca Juga: Sorotan Bekasi: Fakta Baru Mayat Wanita di Kamar Nomor 3, Anies Sebut Korban Tewas KDRT Mega Suryani Dewi

Namun Anies tak menjawab sepatah kata pun. Dengan mimik wajah yang datar dan pandangan lurus ke depan, Anies kemudian berlalu, meninggalkan lokasi.

Adapun pada kesempatan tanya jawab dengan awak media, usai Anies Baswedan melakukan diskusi santai dengan penyandang disabilitas se-Jabodetabek di Islamic Center Bekasi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan bahwa fenomena orang dalam bukan satu hal biasa dan sering ditemukan diberbagai sektor.

“Jadi Fenomena ordal ini bukan satu, fenomena ordal ini ada dimana mana dan itu artinya apa si yang terjadi

Ordal membuat orang tak berprestasi mendapatkan posisi, ordal membuat orang orang yang karena koneksi bisa dapat posisi,” kata Anies kepada awak media.

Baca Juga: Siapa Mega Suryani Dewi yang Disebut Anies saat Debat Pilpres 2024? Korban KDRT di Cikarang, Seperti Ini Kasusnya

Menurutnya, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut adalah memperbaiki dari bagian paling puncak.

“Nah praktek seperti ini tidak pantas terjadi lagi dan harus dihentikan. Menghentikannya dri mana? Dari puncak,” ujarnya.

“Kalau yang puncak berhenti mempraktikkan maka ke bawah mereka bilang ya negeri ini diatur pakai prestasi pakai meritokrasi. Tapi kalau yang dipuncak itu mempraktikkan ordal, maka yang ke bawah juga (akan menerapkan praktek ordal),” pungkasnya.

Kontributor : Mae Harsa

Load More