Perang Tarif AS-China, Guru Besar Binus Bekasi: Dunia Pendidikan Harus Lebih Adaptif

Prof. Gatot Soepriyanto, menyoroti pentingnya peran dunia pendidikan dalam menghadapi dampak perang tarif antara Amerika Serikat dan China.

Galih Prasetyo
Rabu, 16 April 2025 | 19:30 WIB
Perang Tarif AS-China, Guru Besar Binus Bekasi: Dunia Pendidikan Harus Lebih Adaptif
Guru Besar Universitas Bina Nusantara (Binus) Bekasi, Prof. Gatot Soepriyanto [Suara.com/Mae Harsa]

SuaraBekaci.id - Guru Besar Universitas Bina Nusantara (Binus) Bekasi, Prof. Gatot Soepriyanto, menyoroti pentingnya peran dunia pendidikan dalam menghadapi dampak perang tarif antara Amerika Serikat dan China.

Menurutnya, ketidakpastian global ini menuntut perguruan tinggi untuk lebih adaptif dalam menyiapkan lulusannya.

“Bagaimana mereka (perguruan tinggi) menyiapkan lulusannya, antara lain adalah bagaimana mereka harus siap untuk lebih cepat berkarir, untuk lebih cepat terjun ke dunia kerja lewat berbagai program pengayaan yang diterapkan oleh universitas,” kata Gatot kepada wartawan, Selasa (15/4/2025)

Ia mengatakan, salah satu cara yang bisa diterapkan dunia pendidikan dalam menghadapi ketidakpastian global ini adalah dengan membuat program-program yang mampu mengambil peluang positif dari situasi yang ada.

Baca Juga:Satpam RS Mitra Keluarga Bekasi Dianiaya Secara Brutal, Ini Ancaman Hukuman untuk Tersangka

Sebagai contoh kata Gatot, program tersebut di antaranya membuat program inkubator bisnis untuk mahasiswa, mendorong semangat wirausaha sejak dini, studi ke luar negeri, hingga peningkatan keterampilan melalui sertifikasi profesional.

Ilustrasi perang dagang AS dan China. (Shutterstock)
Ilustrasi perang dagang AS dan China. (Shutterstock)

“Kita tidak bisa mengatur apa yang ada di luar, tetapi yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan diri,” ujarnya.

“Dan kunci dari itu semua adalah dunia pendidikan, mesti menyiapkan mahasiswanya sehingga alumni dan lulusannya bisa menghadapi perubahan tadi yang sangat cepat dan tidak pasti,” sambung Gatot.

Selain itu, Gatot juga menilai bahwa memperkuat konsumsi produk lokal bisa menjadi solusi strategis dalam menghadapi fenomena pernah dagang ini.

Ia menyebut, dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, potensi pasar domestik sangat besar.

Baca Juga:Viral Dua Preman Ngamuk di Pasar Baru Bekasi, Pelaku Positif Sabu-sabu

“Kalau kita bisa dorong penggunaan brand lokal, memperkuat sektor pangan dan energi seperti arahan Presiden, maka kita bisa menggerakkan ekonomi dari dalam. Ini bisa jadi kekuatan besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak eksternal,” jelasnya.

Perang Tarif AS-China

Sebelumnya, Pemerintah China telah menetapkan tarif impor sebesar 125 persen atas barang-barang asal Amerika Serikat meski tetap menyampaikan opsi dialog dengan azas kesetaraan tetap terbuka.

"Perang tarif dan perdagangan tidak mengenal pemenang, China tidak ingin berperang dalam hal ini, tetapi tidak takut. Agar dialog dapat terjadi, dialog harus didasarkan pada kesetaraan, rasa hormat dan saling menguntungkan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian di Beijing pada pekan lalu.

Komisi Tarif Dewan Negara China pada Jumat (11/4) mengumumkan penerapan tarif impor untuk barang-barang Amerika Serikat yang masuk ke China menjadi 125 persen, atau naik dari tadinya 84 persen sebagaimana diumumkan dalam laman Kementerian Keuangan China.

Tindakan tersebut merupakan respon dari penerapan tarif timbal balik yang disampaikan oleh pemerintah AS pada Kamis (10/4) yang mengenakan pungutan 125 persen atas barang-barang asal China.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini