Kondisi ini kata Nur, sangat membebaninya sebagai rakyat kecil. Menurutnya, kebijakan pemerintah melarang pengecer jual gas elpiji sangat tidak tepat.
Ia lebih sepakat jika gas elpiji kembali dijual oleh pengecer, meskipun harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan harga di pangkalan atau agen gas.
“Warung biasa kan berfungsi juga, kalau dari sono (agen) hargnya sesuai HET di kita jualnya 22 ribu enggak apa-apa, kan warung butuh untung juga,” tuturnya.
Baca Juga:Pil Pahit Warga Cluster Setia Mekar Bekasi Tergusur Meski Miliki SHM
Nur kemudian meminta pemerintah untuk turun langsung menengok kondisi masyarakat yang kesusahan, sejak gas elpiji 3 kilogram tak lagi boleh dipasarkan oleh pengecer.
“Tolong bu menteri kan gak tahu tentang kita (warga) semua di sini. Pokoknya saya butuh gas, bu menteri sini turun langsung biar tahu gas di sini langka, susah, ribet,” tegas Nur.
Warga lainnya, Suratman juga mengeluhkan hal yang sama, ia sudah berkeliling ke tiga tempat berbeda untuk mencari gas elpiji 3 kilogram.
“Udah cari ke mana aja saya, ke Pom bensin juga udah cari. Ini ada jaraknya 3 kilometer dari rumah buat cari gas,” ujar Suratman.
![Pekan pertama di Februari 2025, sejumlah warga Kota Bekasi mulai kesulitan mendapatkan gas elpiji ukuran 3 kilogram. Kelangkaan gas sangat berdampak bagi masyarakat. [Suara.com/Mae Harsa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/03/49812-gas-3-kg.jpg)
Lansia berusia 71 tahun itu mengaku, kelangkaan gas membuat pengecer yang masih memiliki stok mematok harga hingga Rp25 ribu per tabung dari yang biasanya hanya Rp21 ribu.
Baca Juga:Gas 3 Kg Langka, Jerit Warga Bekasi: Pemerintah Jangan Bikin Kami Susah Terus!
Namun ia memaklumi hal tersebut, melihat kondisi saat ini yang sangat sulit untuk mendapatkan gas elpiji 3 kilogram tersebut.