Sang ayah per bulan hanya mampu mendapatkan uang Rp1 juta, itu pun tidak pasti. Uang sekecil itu tentu tak akan mampu antarakan Bunga bisa meraih pendidikan lebih tinggi.
“Bayangan orang kampung itu kuliah itu mahal, pada nyatanya STIE Tribuana memberikan beasiswa jadi aku masuk ke STIE Tribuana,” tambahnya.
Meski tak mampu secara biaya, ia bertekad memantapkan diri secara fisik dan mental bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan.
Dengan nada bergetar, Bunga menceritakan bahwa saat pertama kali mengetahui ia bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Orang tuanya begitu bangga anaknya bisa berkuliah.
Baca Juga:Kampus Ditutup, Ribuan Mahasiswa STIE Tribuana Bekasi Lontang Lantung, Kemendikbudristek Buka Suara
“Alhamdulillah, orang melihat keluargaku sudah tidak dipandang sebelah mata, bahwasanya anak terlahir dari seorang buruh bisa meneruskan pendidikan,”
Hari demi hari perjalanan kuliah ia lalui tanpa ada rasa curiga sedikitpun. Meski harus diakui, selama 8 semester duduk di bangku kuliah, dirinya menyadari bahwa ada haknya sebagai penerima beasiswa telah dirampas oleh pihak kampus.
“Di STIE Tribuana tidak terpenuhi hak yang diberikan oleh pemerintah, karena kita diam dan tidak hiraukan, ya kami nenjalankan secara normal saja kuliah menjalankan prosedur,” cerita Bunga.
Sekitar bulan Februari 2023 Bunga menjalani sidang skripsi, dan hasilnya ia dinyatakan lulus. Pada saat itu, dirinya hanya tinggal menunggu ijazah dan wisuda di bulan Mei 2023.
Sampai memasuki bulai Mei 2023, kabar baik belum terdengar. Alih-alih diberikan kepastian untuk wisuda,
Baca Juga:Izin STIE Tribuana Bekasi Dicabut, Kemendikbudristek: Jual Beli Ijazah hingga Penggelapan Beasiswa
Bunga dan teman-temanya malah dikejutkan oleh kabar bahwa Kemendikbudristek telah mencabut izin operasional STIE Tribuana.