20 Hektare Sawah Bojongmangu Bekasi Panen di Tengah Kekeringan: Satu Hektare Sawah Hasilkan Enam Ton

Petani di tiga desa itu lebih memilih menanam padi meski kesulitan mendapatkan air dengan alasan komoditas ini lebih mudah dijual.

Galih Prasetyo
Jum'at, 13 Oktober 2023 | 15:55 WIB
20 Hektare Sawah Bojongmangu Bekasi Panen di Tengah Kekeringan: Satu Hektare Sawah Hasilkan Enam Ton
Ilustrasi kekeringan akibat El Nino. (Dok: Kementan)

SuaraBekaci.id - Kekeringan tengah melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia. Meski begitu, sebanyak 20 hektare lahan persawahan yang berlokasi di Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat melakukan panen secara normal.

Para petani dari tiga desa yakni Karangmulya, Bojongmangu dan Sukabungah menurut Koordinator Penyuluh Balai Pertanian Kecamatan Bojongmangu, Roup Gopur melakukan panen dengan luas area persawahan mencapai 20 hektare.

"Petani yang saat ini sedang panen adalah mereka yang sawahnya dekat dengan Kali Cibeet. Total ada 20 hektare sawah yang tersebar di tiga desa itu," ucapnya seperti dikutip dari Antara.

Gopur mengatakan bahwa hasil panen dari para petani ini cukup bagus dengan hasil normal. Satu hektare sawah bahkan bisa menghasilkan enam ton.

Baca Juga:Musim Panas 2023: Ketika Bumi Berkerut Kering dan Langit Tetap Tak Tercabut

Petani di tiga desa itu lebih memilih menanam padi meski kesulitan mendapatkan air dengan alasan komoditas ini lebih mudah dijual.

Balai Penyuluhan Pertanian Bojongmangu terus menyosialisasikan menanam padi varietas Inpago 13 Fortiz kepada kelompok tani. Selain adaptif di lahan kering, varietas ini juga dapat dibudidayakan di lahan sawah tadah hujan dengan sistem pengairan terbatas.

"Diharapkan selain dapat meningkatkan produktivitas di lahan kering, Inpago 13 Fortiz juga dapat memenuhi kebutuhan gizi dengan menggunakan varietas yang secara genetik mampu menghasilkan kandungan zinc dan protein tinggi sesuai dengan tingkat yang dibutuhkan oleh masyarakat," ucapnya.

Plt Camat Bojongmangu Sapto Noviantoro mengatakan secara umum para petani di wilayah itu kesulitan menggarap sawah karena mayoritas lahan mereka masuk kategori sawah tadah hujan.

"Tapi, para petani yang sawahnya dekat dengan bantaran Kali Cibeet tetap semangat dan produktif menanam padi sampai panen, dengan memanfaatkan sumber air dari Kali Cibeet," katanya.

Baca Juga:Sebagian Wilayah DIY Alami Krisis Air Bersih Akibat Kemarau Panjang, Paling Banyak Terdampak di Gunungkidul

Sapto mengapresiasi para petani yang masih mampu melakukan panen meskipun dilanda bencana kekeringan pada musim kemarau tahun ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini