Tragedi Kanjuruhan, Cuci Tangan Pemangku Kepentingan hingga Sebut Soal Kehendak Allah

Cuci tangan pemangku kepentingan atas tragedi yang tewaskan 132 suporter di Stadion Kanjuruhan.

Galih Prasetyo
Jum'at, 14 Oktober 2022 | 09:15 WIB
Tragedi Kanjuruhan, Cuci Tangan Pemangku Kepentingan hingga Sebut Soal Kehendak Allah
Pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) membawa poster dan spanduk Arema saat aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (6/10/2022). [Suara.com/Alfian Winsnto]

Menurut Iwan Bule seperti dikutip dari cuitan akun Twitter @Bali_Football, bahwa tayangan malam laga Liga 1 2022-23 karena di jam-jam tersebut penonton tv paling banyak.

"Iwan Bule soal jam kickoff Liga 1 terlalu larut malam: Jam segitu 20.30 WIB penonton di TV itu paling banyak, jadi kami kesulitan kalau harus mengaturnya. Dan mereka (broadcaster) juga meminta itu dalam kontrak pertama," tulis akun @Bali_Football pada 8 Agustus 2022.

“Kalau soal itu (jam kickoff terlalu larut malam) kan memang kami sesuaikan dengan hak siar. Kami juga punya kontrak dan mereka juga mau menyiarkan pada saat jam-jam yang banyak ditonton dari rumah,”

“Jadi kami sudah melakukan secara maksimal dan tidak bisa memaksakan untuk pertandingan main sore semua, pasti ada malamnya,” kata Iwan Bule.

Baca Juga:Resmi Jadwal BRI Liga 1 Persib Bandung Vs Persija Jakarta

Penggunaan Gas Air Mata

Tak berhenti di situ, korban tragedi Kanjuruhan juga harus telan pil pahit dengan pernyataan dari pihak kepolisian soal penggunaan gas air mata.

Pada 10 Oktober 2022, Kepolisian Negara Republik Indonesia menegaskan penggunaan gas air mata dapat menimbulkan iritasi mata, pernafasan dan gangguan pada kulit, tetapi belum ada jurnal ilmiah yang menyebutkan gas air mata mengakibatkan fatalitas atau kematian seseorang.

"Kalau misalnya terjadi iritasi pada pernafasan, sampai saat ini belum ada jurnal ilmiah menyebutkan bahwa ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo.

"Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen karena terjadi desak-desakan, terinjak-injak, bertumpuk-tumpukkan, mengakibatkan kekurangan oksigen di pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini jatuh korban cukup banyak, jadi perlu saya sampaikan seperti itu," ungkap Dedi.

Baca Juga:Exco PSSI Soal Shin Tae-yong Bela Iwan Bule: Bentuk Solidaritas

Apa yang disampaikan pihak Polri ini kemudian dibantah Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) serta Komnas Ham.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini