SuaraBekaci.id - Kasus Hepatitis Misterius dikabarkan terdeteksi di Kota Bekasi, Jawa Barat, yang saat ini sudah dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Menanggapi hal itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi belum bisa memastikan apakah anak usia 10 tahun itu mengalami Hepatitis Misterius atau bukan.
"Baru laporan secara umum, belum bisa dipastikan (Hepatitis Misterius atau bukan)," katanya kepada wartawan, Rabu (11/5/2022).
Sebelumnya, Plt Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto membenarkan bahwa ada warganya yang terjangkit jenis hepatitis namun untuk statusnya masih diteliti.
Baca Juga:Pasca Libur Lebaran 2022, Dinkes Catat 17 Kasus Covid-19 Gejala Ringan di Kota Bogor
”Kemarin ada satu orang yang terindikasi terkena hepatitis di RS Hermina. Tetapi bukan warga Kota Bekasi dan sekarang bagi pasien itu langsung dirujuk ke RSCM,” ucapnya mengutip dari Jabar News, Selasa (10/5/2022).
Pihak Pemkot Bekasi pun saat ini tengah serius menjalankan sejumlah langkah antisipasi dan meminimalisir penyebaran kasus hepatitis kepada warga masyarakat yang berada di 12 Kecamatan dan 56 Kelurahan.
Pria yang akrab disapa Mas Tri itu pun meminta semua warga kota Bekasi untuk bisa mendapat edukasi dan sosialisasi tentang bahaya dan penanganan hepatitis apabila terpapar penyakit tersebut.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengatakan Jawa Barat akan tetap mewaspadai dan mengedukasi warga, khususnya orang tua yang memiliki anak-anak agar membiasakan aktivitas sehat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terkait kasus hepatitis misterius yang terjadi belakangan ini.
"Kita terus edukasi warga khususnya orang tua yang punya anak-anak di pandemi COVID-19 harus waspadai juga sebuah situasi baru terkait hepatitis yang tiba-tiba meningkat. Caranya sama seperti protokol kesehatan COVID-19," kata Ridwan Kamil di Bandung.
Diketahui, Indonesia melaporkan tiga kasus kematian anak yang kemungkinan besar terjadi karena virus hepatitis misterius.
Tak hanya di Jakarta, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hingga 1 Mei 2022 setidaknya ada 228 kasus di 20 negara.