Sejarah Bekasi, Kota Sejuta Industri dan Kawasan Buruh Terbesar di Indonesia

Bekasi memiliki kisah yang panjang dalam perjalanan menuju sebuah kota yang dipadati oleh banyak pemukiman dan perusahaan-perusahaan besar di kawasan ini.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 23 Juni 2021 | 08:10 WIB
Sejarah Bekasi, Kota Sejuta Industri dan Kawasan Buruh Terbesar di Indonesia
Foto udara Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (29/10). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak]

SuaraBekaci.id - Sejarah bekasi, kota sejuta industri. Bekasi juga kawasan buruh terbesar di Indonesia karena banyak berdiri pusat industri.

Bekasi memiliki kisah yang panjang dalam perjalanan menuju sebuah kota yang dipadati oleh banyak pemukiman dan perusahaan-perusahaan besar di kawasan ini.

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia berada di sebelah timur Jakarta, berbatasan dengan Jakarta Timur di barat, Kabupaten Bekasi di utara dan timur, Kabupaten Bogor di selatan dan Kota Depok di sebelah barat daya. Dari total keseluruhan wilayahnya, lebih dari 50 persen telah menjadi kawasan efektif perkotaan, 90 persen kawasan perumahan, 4 persen kawasan industri, 3 persen kawasan perdagangan, dan bangunan lainnya.

Dahulu kala Bekasi merupakan ibu kota Kerajaan Tarumanegara dengan nama Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri (358-669), dengan luas kerajaan mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor, hingga ke wilayah sungai Cimanuk di Indramayu.

Baca Juga:Pasien COVID-19 di RSUD Bekasi Membludak Sampai Dirikan 2 Tenda Darurat

Dayeuh Sundasembawa inilah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan raja-raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda atau masa itu dikenal dengan nama kerajaan Pajajaran yang terakhir.

Aksi mogok kerja dilakukan di depan perusahaan yang terletak di kawasan industri MM2100. [Suara.com/Yacub Ardiansyah]
Aksi mogok kerja dilakukan di depan perusahaan yang terletak di kawasan industri MM2100. [Suara.com/Yacub Ardiansyah]

Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak menunjukkan bukti keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau, dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Kebantenan.

Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai penghubung antara pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).

Selain itu diketahui nama Bekasi berasal dari kata bagasasi yang berarti sama dengan candrabaga yang tertulis di dalam prasasti Tugu yaitu nama sungai yang melintasi kota ini. Penduduk kota Bekasi pada tahun 2020 lalu berjumlah 2.464.719 jiwa.

Bekasi pada Masa Kolonial

Baca Juga:Warga Bekasi Meninggal Positif COVID-19 Melojak, Puluhan Jasad Tiap Hari Dikubur

Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, Bekasi merupakan kawasan yang tak lepas dari berbagai kebijakan pemerintah Hindia-Belanda dimana masa itu Bekasi merupakan salah satu kewedanaan di dalam Kabupaten Meester Cornelis, yang termasuk dalam wilayah karesidenan Batavia En Ommelanden.

Banyak tuan-tuan tanah keturunan Cina ditambah lagi kedatangan Jepang di bumi Nusantara dan menerapkan Japanisasi.

Pada tahun 1950 yaitu setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia, Kabupaten Meester Cornelis (Jatinegara) kemudian dipindahkan pusat pemerintahannya ke Bekasi dan berstatus menjadi Kabupaten. Dan Kota Bekasi merupakan Kecamatan dari Kabupaten Bekasi yang berkembang statusnya pada 1982 menjadi kota administratif Bekasi.

Saat ini Bekasi terdiri dari empat kecamatan yaitu kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, dan meliputi 18 Kelurahan serta 8 desa.

Foto udara Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (29/10). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak]
Foto udara Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (29/10). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak]

Tahun 1996 kota administratif Bekasi ditingkatkan lagi statusnya menjadi kotamadya (sekarang "'kota") melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 menjabat Walikotamadya kepala daerah tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998).

Perekonomian Bekasi

Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri. Perekonomian di kawasan inipun ditunjang oleh kegiatan perdagangan, perhotelan, dan restoran.

Awalnya pusat pertokoan di Bekasi (1978) hanya berkembang di sepanjang jalan Ir.H. Juanda yang membujur sepanjang 3km dari alun-alun kota hingga terminal Bekasi. Pada tahun 1993, kawasan sepanjang Jl. Ahmad Yani berkembang menjadi kawasan perdagangan seiring dengan munculnya beberapa mal serta sentra niaga. Hal ini terus berkembang hingga jalan K.H. Noer Ali (Kalimalang). Kranji, dan Kota Harapan Indah.

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu pusat industri nasional yang nilai ekspornya terbilang tinggi karena ada sekitar 2000 lebih pabrik yang berasal dari 25 negara tersebar di kawasan industri yang ada di Kabupaten Bekasi.

Salah satunya adalah PT Manunggal Industrial Development atau MMID resmi beroperasi setelah adanya kesepakatan antara Marubeni Corporation (Jepang) dan Manunggal Group (Indonesia) pada tahun 1990.

MM2100 Industrial Town merupakan kawasan industri seluas 805 hektar dengan mayoritas adalah anak perusahaan milik Jepang seperti Honda, Toyota, Mitshubishi, Kawasaki, Hyundai dan lainnya membuka aktivitas industrinya di kawasan Cibitung. Diperkirakan lebih dari 180 manufaktur yang beroperasi di kawasan tersebut.

Infrastruktur MM2100 didukung oleh beberapa perusahaan, misalnya saja untuk listrik disuplai oleh PT Cikarang Listrindo, PT. Telekomunikasi Indonesia, PT. Indosat, PT.NTT Indonesia dan Icon+ untuk telekomunikasi. Sedangkan untuk suplai gas diberikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara dan PT. Air Liuide.

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini