Profil Syekh Muhadjirin Ahli Hadits Anak Pedagang Telor yang Makamnya Diziarahi Mahfud MD

Mbah Moen menyebut Syekh Muhadjirin dengan panggilan hormat, Syaikhuna.

Galih Prasetyo
Selasa, 05 Desember 2023 | 07:54 WIB
Profil Syekh Muhadjirin Ahli Hadits Anak Pedagang Telor yang Makamnya Diziarahi Mahfud MD
Syekh Muhajirin berbincang dengan Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, dalam kunjungannya di Bekasi, 1980-an. [Dok Universitas Al-Falah As-Sunniyah]

SuaraBekaci.id - Di depan dua pusara makam, calon wakil presiden (Cawapres) Mahfud MD kemarin Senin (4/12) tampak khusyuk panjatkan doa.

Mahfud MD berdoa di depan dua pusara makam Syekh Muhammad Muhajirin Amsar selaku pendiri Pondok Pesantren Annida Al Islamy dan istrinya yakni Hj. Hannah Abdurrahman.

Mahfud MD datang ke Ponpes Annida Al Islamy Bekasi sekitar pukul 19:57 WIB. Pasangan dari Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 ini datang untuk hadiri Halaqah Kebangsaan MA Annida Al Islamy Bekasi.

"Saya ke sini melakukan dialog kebangsaan yaitu untuk membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada warga pesantren," kata Mahfud MD kepada awak media termasuk SuaraBekaci.id.

Baca Juga:Catat Syaratnya! Jadwal SIM Keliling Kota Bekasi Hari Ini Ada di Polsek Bantargebang

Menarik untuk melihat latar belakang sosok Syekh Muhadjirin yang makamnya sampai diziarahi oleh Mahfud MD kemarin. Siapa dia dan seperti apa rekam jejaknya untuk perkembangan agama Islam di Indonesia, khususnya Bekasi.

Cawapres Mahfud MD mengunjungi MA Annida Al Islamy Bekasi, Jl KH Mas Mansyur, Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin (4/12/2023) malam [Suara.com/Mae Harsa]
Cawapres Mahfud MD mengunjungi MA Annida Al Islamy Bekasi, Jl KH Mas Mansyur, Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Senin (4/12/2023) malam [Suara.com/Mae Harsa]

Syekh Muhadjirin Ahli Hadits dan Falak

Sosok Syekh Muhadjirin bukan orang sembarangan. Maimoen Zubair atau yang biasa disapa akrab dengan Mbah Moen bahkan memiliki panggilan khusus pada sosok ini.

Mbah Moen menyebut Syekh Muhadjirin dengan panggilan hormat, ‘Syaikhuna’. Mengutip tulisan Rijal Mumazziq Z, Mbah Moen disebut sempat belajar ngaji dengan Syekh Muhadjirin saat berada di Mekkah.

Sosok KH.Muhammad Muhadjirin Amsar Addary dikenal sebagai salah satu ulama karismatik. Sang ulama asal Betawi ini memiliki gelar Syeikh. Tak banyak ulama asal Betawi memiliki gelar ini.

Baca Juga:Cuaca Bekasi Hari Ini Selasa 5 Desember 2023: Pagi Berawan, Waspada Hujan di Siang hingga Malam

Reputasi keilmuan Syekh Muhadjirin tak diragukan lagi. Orang Betawi kerap memanggilnya dengan sebutan Tuan Guru Jirin. Ia memiliki banyak karya, diantaranya, empat jilid Misbahudz Dzalam, Syarah Bulughul Maram.

Tak hanya itu, menurut catatan keluarga, ia juga memiliki kurang lebih ada 30 kitab yang ditulis. Kajiannya lintas disiplin ilmu: tafsir, nahwu, balaghah, ushul fiqih, ushulul hadits, faraid, sirah nabawiyah, mantiq, dan fiqh.

Memiliki ilmu kepengetahuan yang sangat luas, tak heran jika Syekh Muhadjirin banyak dikagumi banyak orang. Bahkan, konon kabarnya ia sempat ditawari menjadi Mufti di salah satu negara bagian Malaysia.

Makam Syekh Muhadjirin dan Istri di Bekasi Timur, Jawa Barat yang Diziarahi Mahfud MD, Senin (4/12). [Suara.com/Mae Harsa]
Makam Syekh Muhadjirin dan Istri di Bekasi Timur, Jawa Barat yang Diziarahi Mahfud MD, Senin (4/12). [Suara.com/Mae Harsa]

Namun, Syekh Muhadjirin menolak dengan halus. Kecintaannya pada tanah air Indonesia tak bisa mengalahkan tawaran dari negara lain. Ulama kelahiran 10 November 1924 ini dikenal sebagai ahli falak. Selain itu, ia juga dikenal ahli fiqih, hadits dan nahwu.

Anak Pedagang Telor, Dididik Ulama Karismatik

Bersumber dari laman NU Online, Syekh Muhadjirin lahir di Kampung Baru, Jakarta Timur. Ayahnya bernama H Amsar dan berprofesi sebagai pedagang telor di Pasar Mester (Jatinegara saat ini). Sementara ibunya bernama Hj Zuhriah.

Kakeknya dari pihak ibu bernama Haji Syafi'i dan berprofesi sebagai guru agama di wilayah Kampung Baru, Cakung, Jakarta Timur. Di wilayah Kampung Baru, Syekh Muhadjirin menghabiskan waktu kecilnya dengan belajar agama Islam, dari membaca huruf Arab dan Al-Quran.

Setelah mampu khatamkan Al-Quran, keluarga kemudian mengirim Syekh Muhadjirin untuk mendapat ilmu dari para mualim. Salah satu mualim yang memberikan ilmu kepada Syekh Muhadjirin ialah, Guru Asmat, H Mukhoyyar, H Ahmad, KH Hasbialloh, H Anwar, H Hasan Murtaha, Syekh Muhammad Thohir, Syekh Ahmad bin Muhammad, KH Sholeh Makmun, Syekh Abdul Majid, Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.

Nama-nama ulama di atas bukan orang sembarangan. Guru Asmat misalnya, banyak tokoh dan ulama Betawi adalah anak didiknya antara lain, Mu`allim Rasyid (KH. Abdullah Rasyid, pendiri perguruan Ar-Rasyidiyyah, Kampung Mangga, Tugu Utara, Jakarta Utara), KH. Abdullah Azhari, KH. Zaini Malik, KH. Badruddin dan KH. Murtaqi.

Lalu Syekh Abdul Majid atau tuan Guru, ialah salah satu pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islm terbesar di pulau Lombok. Kembali ke Syekh Muhadjirin, setelah mendapat ilmu dari para mualim, ia memiliki kemampuan dan memahami teknik serta hukum membaca Al-Qur’an

Ilmu itu didapatnya dari KH Sholeh Makmun Banten. Singkat cerita, setelah menikah dengan putri KH.Abdurrahman Shodri, Syekh Muhadjirin mengabdi di Ponpes ini sampai sang mertua wafat pada 1960. Sementara Syekh Muhadjirin tutup usia di Bekasi pada 31 Januari 2003.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini