Keunikan lainnya, panjat pinang yang diadakan di aliran Kalimalang membuat para pesertanya bisa langsung membersihkan dirinya dengan menceburkan diri ke aliran Kalimalang.
“Ya karena itu hiburan, setelah kotor mereka langsung mandi di kali bersih-bersih diri,” ujarnya.
Kesulitan para peserta panjat pinang dalam mencapai puncak untuk menarik hadiah kerap kali mengundang gelak tawa masyarakat yang menontonnya.
Jika dilihat secara sejarah, Ali mengatakan beberapa masyarakat ada yang mengaitkan fenomena panjat pinang dengan masa penjajahan kolonial Belanda.
Baca Juga:Cara Menghias Nasi Goreng untuk Lomba 17 Agustus, Cukup dengan 3 Bahan Ini
Gelak tawa penonton melihat peserta panjat pinang itu diartikan sebagai kebahagian para penjajah Belanda dalam melihat kesengsaraan masyarakat Indonesia yang terjajah.
“Kalau dulu kan ada yang bilang panjat pinang dimulai dari zaman Belanda nah itu untuk menghibur penjajah lah, tuan tanah kayak gitu. Sehingga mereka jadi bisa tertawa-tawa dari penderitaan rakyat,” jelas Ali.
Namun, Ali mengatakan bahwa hal tersebut kembali lagi pada persepsi setiap orang yang melihatnya. Secara umum, panjat pinang hanyalah sebuah hiburan yang khas terlaksana pada hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
“(Panjat pinang) sebetulnya persepsi-persepsi aja. Jadi sebetulnya sih semuanya terhibur masyarakat juga yang walaupun dia terjajah itu tetap terhibur dan dapat uang,” ujarnya.
Kalimalang Kini Sepi Lomba 17 Agustus
Baca Juga:60 Rekomendasi Hadiah Lomba 17 Agustus Murah Meriah untuk Anak-Anak, Ibu-Ibu, dan Bapak-Bapak
Seiring berjalannya waktu, perlombaan 17 Agustus di aliran Kalimalang mulai menghilang. Tidak diketahui secara pasti penyebab dari memudarnya kegiatan tersebut.