Scroll untuk membaca artikel
Siswanto
Rabu, 05 Oktober 2022 | 22:01 WIB
Ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat menggelar doa bersama untuk ratusan korban jiwa atas tragedi Kanjuruhan di Taman Surya, Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022) malam. (ANTARA/Abdul Hakim)

SuaraBekaci.id - Setiap hari, masyarakat datang ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, untuk tabur bunga dan mendoakan korban peristiwa yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022), malam.

Peristiwa pada Sabtu malam usai pertandingan Arema FC vs Persebaya mengakibatkan 131 orang meninggal dunia dan sedikitnya 300 orang dirawat di rumah sakit.

Kasus itu sekarang sedang diinvestigasi tim gabungan independen pencari fakta yang dibentuk pemerintah.

Seorang suporter bernama Dirham (17) berkata salah seorang rekannya meninggal dunia dalam peristiwa Sabtu malam.

Baca Juga: Polri Sampaikan Perkembangan Investigasi Peristiwa di Stadion Kanjuruhan

“Saya bersama teman-teman datang ke sini, ada satu teman yang meninggal. Ini kami doa bersama untuk dia, dan semua korban yang meninggal dalam peristiwa itu,” kata Dirham dalam laporan Beritajatim, hari ini.

Dirham mengatakan bahwa dia akan selalu mengingat peristiwa itu.

Dia berkata, pada malam itu, dia tidak pernah menyangka polisi akan menembakkan gas air mata ke arah tribun di gate 13 yang masih dipenuhi suporter. Gas air mata kemudian membuat kepanikan luar biasa.

“Saya tidak mengira kalau mau menembak ke atas (ke arah tribun). Saya kira mau menembak (gas air mata) ke bawah (area sentel ban). Ya akhirnya sama teman-teman berpencar, menyelamatkan diri,” katanya.

Menurut dia, usai pertandingan, suporter pendukung Arema FC masuk ke lapangan hanya untuk memeluk pemain dan menanyakan kenapa bisa kalah dari Persebaya, bukan untuk menyerang pemain Persebaya.

Baca Juga: Kapten Timnas Indonesia Ajak Semua Pihak Belajar dan Renungi Tragedi Kanjuruhan

“Saya pikir saat itu nggak rusuh, suporter ini ingin memeluk pemain. Mungkin aparatnya salah sangka,” kata Dirham.

Dia menyesalkan kekerasan yang dilakukan aparat terhadap suporter, merujuk pada video oknum menendang suporter.

“Terus memiliki kemanusiaanlah sedikit, kan ada di video (beredar) yang jalan biasa terus ditendang, dipukul itu seperti nggak ada harga dirinya. Di tribun kondusif kenapa ditembak gas air mata, di tribun nggak ada yang ricuh, tapi justru ditembakin,” kata Dirham.

Dia berharap tim pencari fakta mengusut peristiwa itu sampai tuntas.

Seorang pedagang di ruko Stadion Kanjuruhan bernama Awang berkata “Sejak awal tragedi di stadion Kanjuruhan sampai sekarang itu masyarakat terus berdatangan untuk tabur bunga di bawah monumen singa tegar jawara.”

Dia menyebutkan rencananya doa bersama dan tahlilan akan dilaksanakan selama tujuh hari.

Doa bersama juga dilakukan para pecinta sepak bola di berbagai daerah.

Load More