Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Selasa, 06 September 2022 | 12:51 WIB
Angkutan umum K-01 trayek Pulo Gadung-Perumnas 3 sedang menunggu penumpang di depan Stasiun Bekasi Jalan Ir. H. Juanda Kota Bekasi (Suara.com/Danan Arya)

SuaraBekaci.id - Pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Sabtu (03/09/2022) pukul 14:30 WIB. Kenaikan harga BBM ini tentu saja mendapat keluhan bagi masyarakat di kalangan bawah, utamanya para sopir angkutan perkotaan (angkot).

Di Kota Bekasi, salah satu sopir angkutan kota 09-B trayek Wisma Asri-Metropolitan Mall, Saefudin (44), merasa kaget karena kenaikan BBM yang di lakukan oleh pemerintah pada siang hari.

"Belum, kaget sih kaget soalnya saya belum beli bensin juga, kalau kita tau naik juga kita beli siangnya atau paginya," ucapnya.

Atas kenaikan BBM tersebut akhirnya Saefudin mengurungkan niatnya untuk membeli BBM di SPBU.

Baca Juga: Didemo Massa Buruh dan Mahasiswa Soal Kenaikan BBM, Jokowi Pilih Bertahan di Istana Bogor

"Kita ngantri ngapain juga orang udah naik," tambah Saefudin.

Dampak dari kenaikan harga BBM harus ia dan rekan-rekan seperjuangnya rasakan,"Dampaknya ke sopir jelas ke sopir, pendapatan kita lah turun ini," tambah saefudin.

Seafudin merasa khawatir jika pendapatannya terus menurun ini dapat menggagu kehidupan keluarganya pasalnya dia harus menghidupi tiga orang anak yang masih duduk di bangku sekolah.

"Orang rumah kan engga ngerti kalau keadan narik lagi seperti ini tahunya kan kita ngasih, apa dia ngarti orang seperti itu kepada kita. itulah dampaknya, bisa perang dunia tiga di rumah," keluh Saefudin.

Hal senada juga di katakan sopir Elf K-01 trayek Perumnas 3-Terminal Pulo Gadung, Agus (40) yang mengaku pendapatannya menurun pasca kenaikan BBM.

Baca Juga: Cara Polisi Hadapi Demo Tolak Kenaikan BBM di Medan, Kendaraan Taktis Dikerahkan

"Iya menurun, kalau sekarang sedapetnya aja udah, gabisa di patokin, waktu belum naik BBM bisa di patokin 50.000-70.000 kalau sekarang ngga bisa di patokin," ucapnya.

Agus dan rekannya di trayek K-01 juga masih menggunakan tarif lama karena sejauh ini belum ada sosialiasi dari pihak terkait akan kenaikan harga pada angkutan umum.

"kalau itu Dinas Perbuhungan (Dishub) sama Organisasi Angkutan Darat (Organda) itu wewenangnya, kita gabisa naikan harga itu, gabisa kita tentukan sendiri, kalau Bekasi Pulo Gadung 15.000 tarif lamanya," tambahnya.

Penurunan pendapatan Agus juga harus di terima secara legowo oleh sang istri, karena melihat situasi dia bekerja sedang tidak kondusif akibat kenaikan BBM.

"Lah istri mau protes gimana lagi, emang dapetnya segitu yang mau nambahin siapa," ucap Agus.

Dia pun menambahakan uang hasil dia bekerja sangat tidak menentu, bahkan sesekali dirinya harus meminjam untuk memenuhi kebutuhan rumahnya.

"yaa namanya narik kek gini kan ngga tentu penghasilannya kadang dapet kadang engga, kadang nombok setoran paling utang sama bos, nanti kalau nariknya agak mendingan baru nanti bayar nyicil 10.000 atau 20.000," keluhnya.

Kontributor : Danan Arya

Load More