Scroll untuk membaca artikel
Antonio Juao Silvester Bano
Kamis, 20 Mei 2021 | 20:29 WIB
ILUSTRASI Turap longsor di sekitar Aprtemen Center Point dan Kawasan Kuliner Bekasi, Jalan Rawa Tembaga, Kota Bekasi, Jawa Barat.[Suara.com/Imam]

SuaraBekaci.id - Badan Penanggulangan Bencana Dareah atau BPBD Kabupaten Bekasi memetakan wilayah rawan bencana tanah longsor.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kabupaten Bekasi, Muhammad Said mengatakaan, hal itu dilakukan untuk meminimalisasi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan material cukup besar.

"Pedoman kajian ini dari kementerian atau lembaga lain tingkat nasional. Parameter bencana longsor ada dua, kemiringan lereng dan zona kerentanan gerakan tanah," katanya dilansir dari Antara, Kamis (20/5/2021).

Muhammad Said menjelaskan, terdapat delapan kecamatan di Kabupaten Bekasi yang rawan bencana longsor dengan luas beragam berdasarkan analisa tahun 2020.

Baca Juga: Polisi Beberkan Kendala Ungkap Kasus Pemerkosaan Anak Anggota DPRD Bekasi

Di antaranya, Kecamatan Bojongmangu seluas 205 hektare, Cibarusah 11 hektare, Cikarang Barat 10 hektare, Cikarang Pusat 15 hektare, Cikarang Selatan 15 hektare, Cikarang Utara lima hektare, Serang Baru 11 hektare, dan Kecamatan Setu seluas 32 hektare.

Dengan demikian, total potensi luas bahaya tanah longsor sebanyak 304 hektare.

Sementara pengalaman bencana alam tanah longsor di Kabupaten Bekasi pada tahun-tahun sebelumnya diakibatkan adanya cuaca ekstrem, banjir, serta pergerakan tanah.

"Bencana tahun 2020 diakibatkan oleh hujan. Genangan air mengakibatkan tanah rentan longsor," katanya.

Berdasarkan data dari Pusdalops-PB BPBD Kabupaten Bekasi, longsor akibat hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada 1 Januari 2020 di Desa Sri Amur, Kecamatan Tambun Utara, berdampak pada 51 kepala keluarga.

Baca Juga: Nggak Punya Hati! Rangga Perkosa Gadis Bekasi, Habis Itu Pesta Sabu

Kemudian pada 2 Januari 2020 longsor juga terjadi di Desa Sukajadi, Kecamatan Sukakarya dan berdampak pada 1.115 kepala keluarga yang berlanjut pada keesokan harinya.

Di waktu yang sama, longsor juga terjadi di Desa Karang Setu Kecamatan Karang Bahagia yang berdampak pada sembila kepala keluarga. Sementara di tahun 2019, longsor terjajdi pada 15 Maret 2019 di wilayah Desa Sukamekar, Kecamatan Sukakarya.

"Analisa penanganan longsor saat ini sudah dilakukan dan untuk otimalisasinya, sangat berkaitan erat dengan dukungan dan kerja sama dari masyarakat setempat," katanya.

Upaya antisipasi longsor akibat hujan, kata dia, dengan mengedukasi dan menyerukan masyarakat untuk menanam pohon di tepian sungai sehingga mampu menguatkan tanggul.

Kemudian mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai. Hal itu agar tidak terjadi penyumbatan yang berdampak pada longsor. Pihaknya juga sudah bekerja sama dengan pihak teknis agar membuat tanggul dan memperbaiki setiap titik rawan longsor.

"Di tahun 2021 ini BPBD kami juga membuat sejumlah program pencegahan longsor. Selain longsor, ancaman banjir juga masih menjadi kajian," demikian Muhammad Said .(Antara)

Load More