SuaraBekaci.id - Fatir Arya Adinata (12), siswa SDN Jatimulya 09, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat masih belum banyak berkomunikasi pasca melakukan operasi amputasi pada salah satunya kakinya.
Menurut Kepala unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak pada DP3A Kabupaten Bekasi Fahrul Fauzi, kondisi Fatir secara psikologis belum terlalu stabil, terlebih saat pihak RS Dharmais melakukan tindakan.
Fatir sendiri belum bisa banyak bicara dan saat ini tengah diberikan pendampingan intensif oleh psikolog dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
"Seperti disampaikan orang tuanya, dia masih merasa khawatir ada trauma memikirkan masa depan dia seperti apa dengan kondisi yang sekarang. Kita membagi tugas untuk pendampingan psikologis selama di RS Dharmais oleh pihak Kementerian PPPA, dan nanti sesudah pulang ke rumah didampingi oleh psikolog dari kita," kata Fahrul seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/11).
Baca Juga:Diduga Korban Bullying, Dokter Ungkap Alasan Kaki Kiri Siswa SD di Bekasi Harus Diamputasi
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan SMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi Yulia Legiana menegaskan bahwa Pemkab Bekasi membebaskan Fatir memilih opsi pelajaran ke jenjang SMP.
Sedangkan untuk biaya pendidikan, pihak Pemkab Bekasi akan menanggung hingga Fatir lulus.
"Nanti kalau sudah sembuh pascaoperasi kita beri kebebasan kepada Fatir, mau belajar daring, home school, atau tatap muka. Intinya sekolah dia harus terus lanjut, tidak boleh putus di tengah jalan. Untuk biaya SMP itu memang gratis sampai lulus. Tinggal kemauan Fatir saja untuk belajar," jelas Yulia.
"Intinya belajar harus terus jalan. Kalau untuk beasiswa mungkin tahun depan ada dari APBD sesuai dengan rencana yang disampaikan Pak Bupati. Insya Allah kalau memang ada akan kita usahakan dimasukkan," tambahnya.
Kasus Bullying Fatir Arya Adinata
Fatir adalah murid kelas VI SDN Jatimulya 09 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Sekitar Februari 2023 lalu, Fatir bersekolah seperti biasa.
Kala itu, di jam istirahat, Fatir diajak oleh lima orang rekannya untuk jajan di kantin. Fatir menuruti ajakan lima rekannya itu. Entah, dengan alasan apa, satu dari lima rekannya itu dengan sengaja selengkat Fatir.
'Dukkk', lutut kaki Fatir keras mengenai lantai. Tangannya pun luka karena menahan berat badannya. Timbul memar di bagian lutut Fatir, ia meringis kesakitan.
Gelak tawa justru terdengar dari rekan-rekan Fatir melihat kondisi itu. Mereka sama sekali tak menolong Fatir.
Tak hanya menertawakan, rekan-rekan Fatir itu kemudian memintanya tak mengadukan hal itu kepada pihak sekolah.
Di bawah ancaman, Fatir memilih bungkam dan menahan rasa sakitnya sendiri.
Pulang sekolah, Fatir pun tak mengadu dengan orang tuanya atas peristiwa yang ia alami di sekolah. Tak hanya itu, sebelum kejadian diselengkat, Fatir jadi sasaran olok-olok rekan satu kelasnya.
'Dasar anak mami' begitu rekan-rekannya mengolok-olok Fatir. Paras tampan Fatir pun jadi bahan ejekan bagi rekan-rekannya.
"Sok kegantengan," ejekan yang kerap masuk ke telinga Fatir saat bersekolah.
Semua olok-olok dan hinaan itu baru diketahui oleh Diana Novita, ibunda Fatir saat sangat anak terbaring lemah di rumah sakit.
“Sebelum itu (jatuh) sering di olok-olok ‘anak mamah, sok kegantengan’ kaya gitu, karena anak saya sering maju (di kelas) menjatuhkan mentallah ya,” ujar Diana.
Tiga hari pasca Fatir mendapat tekel dari rekan-rekannya, kondisi lututnya memburuk. Sebagai orang tua, Diana merasakan bahwa apa yang dialami Fatir ada yang janggal.
Bahkan Fatir sempat tidak bisa berjalan pasca tekel dari rekan-rekannya itu. Diana pun mulai mengorek kejadian yang sesungguhnya terjadi.
Fatir akhirnya mengungkap apa yang ia rasakan selama di sekolah, termasuk perundungan yang kerap didapat dari rekan-rekannya.
Sekolah yang harusnya jadi 'rumah kedua' bagi Fatir justru jadi tempat yang tak pernah dibayangkan Diana atau orang tua lain.
Semua daya dan upaya dikerahkan Diana agar Fatir bisa sembuh seperti sedia kala. Diana bahkan membawa Fatir ke tiga rumah sakit dan menjalani semua pemeriksaan hingga Magnetic Resonance Imaging alias MRI.