SuaraBekaci.id - Pertandingan Liga Inggris pekan ke-15 antara Tottenham vs Liverpool di Hotspur Stadium pada Minggu (6/11/2022) pukul 23.30 WIB.
Pertandingan kedua tim ini akan mempertemukan adu taktik antara Jurgen Klopp vs Antonio Conte.
Jika menilik dari catatan pertemuan kedua pelatih, baik Klopp ataupun Conte sama-sama memiliki rekor sama kuat.
Klopp dan Conte seperti dikutip dari data Transfermarkt, sama-sama satu kali pernah mengalahkan dari enam pertandingan.
Baca Juga:Psywar Jelang Tottenham vs Liverpool: Conte Bakal Bikin Emosi Klopp Meledak?
Empat laga lainnya berakhir dengan skor imbang. Pertemuan pertama Conte kontra Klopp terjadi pada 16 September 2016. Conte saat itu masih melatih Chelsea.
Jurgen Klopp berhasil membawa Liverpool menang 2-1 atas Chelsea kala itu. Conte baru bisa membalas kekalahan itu pada 6 Mei 2018. Conte membawa The Blues menang 1-0 atas The Reds di pekan ke-37 Liga Inggris musim 2017-18.
Menariknya, saat Conte pindah ke Tottenham, pada dua pertandingan melawan Liverpool baik tandang ataupun kandang, The Lilywhites mampu meraih hasil imbang.
Hasil imbang 1-1 pada 7 Mei 2022 bahkan membuat Jurgen Klopp teramat sakit hati. Bagaimana tidak, hasil imbang itu membuat The Reds gagal meraih gelar juara Liga Inggris musim lalu.
Jelang laga esok, Conte kemudian mengukit hasil tersebut. Ia bahkan menegaskan seharusnya Tottenham yang meraih kemenangan. Pelatih Italia itu juga singgung sikap emosi Klopp pasca laga tersebut.
Baca Juga:Jelang Tottenham vs Liverpool, Jurgen Klopp Puji Taktik Antonio Conte: Ini Laga Sulit!
"Saya mengerti rasa frustasinya. Mereka kehilangan gelar karena gagal menang. Tapi Anda tahu, sebaliknya kami mencapai Liga Champions dengan hasil imbang itu," ucap Conte.
"Tapi sekali lagi saya mengerti setelah pertandingan Anda harus kehilangan gelar dan mengatakan sesuatu yang salah soal tim lawan. Tetapi dia sudah meminta maaf karena akhirnya dia mengerti. Tidak masalah buat saya, ketika Anda marah terkadang sulit untuk mengendalikan emosi Anda," tambah Conte.
Conte dengan Gaya Sepak Bola Atraktif
Perjalanan Antonio Conte bersama Tottenham pada Liga Inggris musim ini terbilang cukup menjanjikan. Spurs saat ini berada di peringkat ketiga dengan koleksi 26 poin, selisih 5 poin dari Arsenal di posisi pertama.
Dari segi permainan, Conte berhasil membawa gaya baru di sepak bola Tottenham. Meski dicap sebagai pelatih yang hanya mengandalkan serangan balik, tentu tak adil menyebut Conte terapkan permainan bertahan.
Awal menjadi pelatih Spurs pada November 2021, Conte menegaskan bahwa ia melatih yang memiliki filosofi sepak bola sederhana.
Yang terpenting baginya ialah bagaimana anak asuhnya bisa terapkan permainan yang atraktif. Ia juga menekankan soal stabilitas tim di setiap pekan.
"Filosofi melatih saya sangat sederhana, bermain sepak bola yang bagus dan atraktif untuk ditonton fans. Kami juga harus memiliki tim yang stabil, tidak naik turun pada tiap pekannya," ucap Spurs di Spurs TV.
Lantas bagaiaman penerapannya? Conte selama di Spurs kerap andalkan formasi tiga bek, dengan dua wing back, satu atau dua gelandang pengatur ritme sekaligus bisa berfungsi sebagai gelandang bertahan.
Lalu Conte juga mengandalkan pemain yang mampu menjadi inside forward untuk menyokong kinerja striker Harry Kane. Peran insiden forward ini yang ciamik dijalankan oleh Son Heung-min di kiri dan Dejan Kulusevski di kanan.
Taktik ini dilakukan Conte demi bisa menjaga daya gedor lini depan Spurs. Menutup ketergantungan kepada Harry Kane sebagai penyerang tunggal.
Skema atraktif Conte itu terlihat dalam menyerang dan bertahan. Saat menyerang, dua wing back akan maju menekan full back lawan. Saat kondisi bertahan, dua wing back mundur dibantu trio bek tengah hingga akan membentuk lima bek sejajar.
Yang juga harus dicatat, Spurs selama dilatih Conte selalu andalkan permainan direct. Tak bertele-tele untuk membangun skema serangan.
Skema serangan Tottenham diasuh Conte yang juga jadi catatan menarik ialah kemampuan untuk memberikan umpan silang saat wingback naik ke atas. Setidaknya skema ini membuat kans Spurs untuk menciptakan gol lebih banyak.
Klopp Bakal Usung Formasi Hybrid
Jika Conte cukup nyaman di awal musim ini, sebaliknya dengan Jurgen Klopp. Pelatih Jerman itu beberapa kali harus ubah gaya bermainnya di Liverpool.
Klopp mungkin sadar bahwa gaya heavy metal dan konsep gegenpressing telah usang. Pola formasi 4-3-3 yang kerap dimainkan Klopp sudah ketinggalan zaman.
Eks pelatih Dortmund itu bahkan sempat ubah taktiknya saat Liverpool melawan Rangers pada matchday keempat Liga Champions musim ini.
Menariknya pada laga itu, Klopp menggunakan formasi yang tak biasa yakni 4-4-2. Firmino dan Darwin Nunez jadi duet penyerang. Harvey Elliott dan Fabio Carvalho di-plot sebagai pemain sayap.
Salah satu kolumnis Liga Inggris, Mark Jones seperti dikutip dari Mirror menyebut taktik Klopp itu sebagai formasi hybrid.
Untungnya formasi hybrid itu mampu membawa Liverpool meraih kemenangan atas Rangers saat itu. Dari pertandingan di Stadion Ibrox tersebut, Firmino dan Nunez lebih bergerak bebas di area pertahan lawan.
Namun apakah Klopp berani berjudi kembali mainkan formasi hybrid seperti saat melawan Conte esok hari?
Di enam laga melawan Conte, Klopp pernah menggunakan formasi 4-4-2 dan hasilnya The Reds alami kekalahan pada 6 Mei 2018.
Menariknya lagi formasi gaya Heavy Metal Klopp dengan usung 4-3-3 pun tak pernah bisa mengalahkan Conte. Empat kali formasi 4-3-3 dimainkan Klopp saat jumpa Conte, hasilnya hanya mampu meraih imbang.
Klopp mampu jinakkan Conte saat ia mengusung formasi 4-1-4-1 pada 16 September 2016. Klopp sebenarnya sadar bahwa formasi 4-3-3 yang selam ini ia terapkan membuat Liverpool terpenjara.
Formasi 4-2-3-1 yang juga jarang dimainkan Klopp sebenarnya juga bisa menjadi solusi. Skema ini bisa membuat The Reds lebih agresif dalam menyerang meski korbankan gelandang di sektor tengah.