Lewat microphone siaran radio, mereka cuap-cuap membicarakan kondisi sosial masyarakat Indonesia saat itu. Sebelum komika Bintang Emon atau Pandji Pragiwaksono, personel Warkop Prambors adalah pioner membalut kritik dengan komedi.
Mengutip dari artikel akun ejharawk di Tumblr, lewat ruang siaran bak akuarium, Rudy Badil, Kasino dan Nanu memulai siaran perdananya di Radio Prambors.
Awalnya mereka membawakan acara dengan nama Omamat, singkatan dari Obrolan Malam Jumat. Acara ini mengudara tial malam Jumat tentu saja sekitar pukul 21:00 hingga 23:00 WIB.
Topik pembahasannya, seputar pengalaman selama menjadi mahasiswa, obrolan ngamur khas mahasiswa diiringi dengan lagu gubahan sendiri dengan lirik sedikit cabul dan menyentil.
Baca Juga:Box Office Suara: Best Scene Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss (Part 2)
Radio Prambros kala itu masih mengudara di frekuensi AM, tepatnya di AM 666 Khz. Pendengar mereka pun awalnya kalangan terbatas, dari mahasiswa, aktivis hingga para pecinta alam.
Lambat laun, Omamat jadi sangat populer tidak hanya di kalangan mahasiswa UI. Baru pada 1974, acara Omamat berganti menjadi Warung Kopi.
Obrolan di Warung Kopi tidak sekedar cerita seram, namun juga ke masalah sosial dan politik negeri ini. Nama Warung Kopi sendiri diusulkan oleh Rudy Badil.
Nama itu kemudian disetujui semua personel karena dianggap sebagai tempat paling demokratis di negeri ini. Mau bicara apa pun bebas.
Penamaan Warung Kopi juga menjadi sindiran halus di fenomena sosial Indonesia saat itu. Hanya di warung Kopi, warga di akar rumput bebas berbicara apapun, kondisi yang tak bisa dilakukan di ruang publik era Orde Baru.
Baca Juga:Film Lama Warkop DKI Tayang di TV, Indro Warkop Curhat Tak Pernah Dapat Royalti
Satu tahun setelah Warung Kopi mengudara di Radio Prambors, Wahyu Sardono alis Dono yang berstatus mahasiswa Sosiologi FISIP UI ikut meramaikan.