SuaraBekaci.id - Senyawa Etelin Glikol dan Dietlien Glikon yang ada di obat sirop diduga menyebabkan terjadinya banyak kasus penyakit gagal ginjal akut di sejumlah daerah, termasuk di Kota Bekasi.
Menurut kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati, saat ini di Bekasi terdapat satu anak diduga alami gagal ginjal akut.
"Sedang dirangkum ada informasi bahwa di RSCM ada kasus, tapi kita harus lacak dulu, melakukan penelusuran epidemiologi," ucap Tanti Rohilawati.
Menurut Tanti, sampai saat ini bocah yang didiagnosis alami gagal ginjal akut masih dalam penanganan pihak Rumah Sakit Cipto Manggunkusumo (RSCM). Pihak Dinkes saat ini masih berkoordinasi dengan Plt Wali Kota Bekasi.
Baca Juga:Obat Sirup yang Dikonsumsi Pasien Gagal Ginjal Akut, Cek Daftar 91 Obat Berikut
"Kita sedang koordinasi dahulu nanti sesegera mungkin, kalau sudah sampai pada pimpinan (Plt Walikota), saya berharap pimpinan yang menyampaikan secara resmi," ucap Tanti.
Menurut informasi sementara yang didapat pihak Dinkes Kota Bekasi, anak tersebut sebelumnya sempat minum obat sirop.
"Dimana salah satunya adalah karena diduga yang mengandung etilen glikol sehingga diduga yang sirop-sirop ini," ungkap Tanti.
Kasus Gagal Ginjal Kronis Anak di Bekasi
Sementara itu, seorang anak Bekasi lainnya menderita gagal ginjal kronis. Menurut pengakuan dari orang tua, si anak menderita penyakit tersebut usai jalani vaksin Covid-19.
Baca Juga:Fakta Terkini Gagal Ginjal Akut Misterius: Disebabkan Kalsium Oksalat, Obat Penawar Sudah Ditemukan?
"Awal mulanya dari vaksin, kita juga percaya engga percaya. Tapi setelah habis vaksin anak saya keluar darah dari hidung tidak sedikit," ucap Warsih.
Anak penderita gagal ginjal kronis Fikrul Hilmi sempat melakukan dosis satu vaksinasi Covid-19 jenis Sinovac pada bulan september 2021.
"Vaksin itu kan bulan september, lalu sampai bulan November, Desember sampai ngedrop Januari itu dia punya badan tidak pernah stabil," kata Warsih.
Warsih mengungkapkan setelah anaknya melakukan vaksin, kondisi sang anak tidak stabil bahkan pernah mengalami koma, dan yang parah ketika Hilmi mengeluarkan air melalui kelaminannya berwarna merah.
"Bulan Januari kencingnya berwarna merah," ucapnya.
"Dia merasakan pipisnya berwarna merah, seperti cucian daging, dan si Fikrul ini kaget," sambung Warsih.
Mengetahui hal tersebut Warsih merasa panik dan bergegas membawa sang anak ke puskesmas terdekat, akan tetapi kondisi sang anak terus menurun dan dilakukan tindakan lanjutan kerumah sakit.
"Nah akhirnya ke puskesmas setempat, tapi tidak bisa dirawat, dia harus di bawa ke rumah sakit karena dia sudah dalam keadaan koma," ujarnya
Setelah mendapatkan perawatan insentif selama hampir sebulan, dokter menduga penyakit yang di derita Hilmi adalah demam berdarah.
"Di rawat di rumah sakit kurang lebih selama 23 hari, awalnya diprediksi demam berdarah, tapi setelah di tambah trombositnya, belum ada perbaikan," ujar Warsih.
Setelah tidak kunjung membaik, akhirnya Hilmi terpaksa harus di Ultrasonografi (USG) agar mengetahui jelas penyakit yang di derita.
"Kemudian di USG kembali, ginjalnya disitu diprediksi ada gejala ginjal kronis," kata Warsih.
Setelah itu Warsih dapat membawa anaknya pulang kembali ke Bekasi, akan tetapi setalah tiga hari setelah berada dirumah kondisi Hilmi kembali drop.
Dan bergegaslah Warsih membawa anaknya menuju Rumah sakit umum daerah (RSUD) Kota Bekasi.
"Selama tiga hari dirumah, anak saya ngdrop kembali, yaudah saya bawa ke RSUD," ucapnya.
Warsih mengungkapkan sang anak menjalani perawat selama lima hari di RSUD Kota Bekasi, hingga akhirnya dipulangkan dan disarakan oleh dokter untuk melanjutkannya ke RSCM.
Akhirnya Hilmi mendapatkan perawatan kembali dirumah sakit yang berbeda dan dari situ dokter menyuruhnya untuk melakukan cuci darah.
"Kita masuk ke RSCM, dari instalasi gawat darurat (IGD) anak saya dirawat kembali selama dua minggu hasilnya dokter mengatakan mau tidak mau anaknya harus cuci darah," ucapnya.
Saat ini Hilmi setelah divonis menderita gagal ginjal kronis, dirinya rutin setiap seminggu sekali untuk cuci darah di RSCM.
"Awal bulan maret ya tanggal 3, anak saya mulai dibedah dipasang CDR, selang ini akses untuk cuci darah," tutup Warsih.
Kontributor : Danan Arya