Malam Berdarah 1 Oktober 1965: Kesaksian Mantan Perwira AURI

Heru Atmodjo memiliki pandangan lain soal fakta sejarah peristiwa 1 Oktober 1965.

Galih Prasetyo
Jum'at, 30 September 2022 | 13:04 WIB
Malam Berdarah 1 Oktober 1965: Kesaksian Mantan Perwira AURI
Heru Atmodjo, perwira AURI yang menjadi salah satu saksi sejarah peristiwa G30S (Istimewa)

Pertemuan para petinggi Amerika Serikat itu kata Heru mendapat perintah langsung oleh Presiden Amerika Serikat Johnson. Dalam pertemuan tersebut, Heru menyebut bahwa pembicaraan terkait situasi politik di kawasan ASEAN.

Apalagi pada peridoe tersebut, Soekarno memiliki pandangan politik luar negeri yang sangat keras. Sejumlah upaya coba dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk bisa memperlunak Soekarno.

Masih dari keterangan Heru, sikap itu coba diambil oleh Howard P. Jones sebagai dubes Amerika Serikat. Namun hal itu tak mampu membuat Soekarno melunak. Arah politik luar negeri Soekarno makin tunjukkan sikap tegas dan melawan imprealisme Amerika Serikat.

Opsi lain kemudian coba diambil pada rapat para petinggi Amerika Serikat itu di Filipina. Salah satunya ialah upaya untuk membunuh Soekarno. Faktanya. Presiden Soekarno beberapa kali mendapat percobaan pembunuhan seperti kasus pelemparan granat di Cikini.

Baca Juga:Heboh PKI Siapkan Dana Rp 5 Triliun untuk Presiden Jokowi 3 Periode, Begini Faktanya

Friksi di Tubuh Angkatan Darat Periode 1965

Heru Atmodjo dalam paparannya kemudian menyebut bahwa pada periode 1965, di tubuh Angkatan Darat terjadi friksi. Ada faksi loyalis Soekarno, kelompok loyalis Jenderal AH Nasution dan kelompok lainnya.

Friksi di tubuh Angkatan Darat ini yang kemudian kata Heru coba dimainkan oleh petinggi CIA. Menurut Heru, dari informasi yang ia peroleh sebagai perwira intelejen saat itu, rapat di Filipina akhirnya memutuskan merancang konflik antara PKI dan Soekarno dengan memanfaatkan fraksi di tubuh AD.

"Diputuskan agar PKI dibuat ke lubang kejatuhannya sendiri. PKI yang berambisi terhadap kekuasaan serta konflik menajam dengan AD digunakan CIA untuk merancang konflik dengan Soekarno (peristiwa 1965). Kemudian Amerika Serikat memulai rancangannya dengan menyebarkan berbagai macam isu seperti isu Dewan Jendral. Menurut saya itu bentuk rekayasa karena setiap informasi intelejen harus dilihat siapa sumber dari informasi tersebut," jelas Heru.

Isu Dewan Jenderal ini yang kemudian mendorong perwira di pasukan Cakrabirawa, Letkol Untung untuk menculik para Jenderal di Jakarta pada malam 1 Oktober 1965. Heru menampik bahwa Dewan Jenderal itu kemudian dibentuk oleh Jenderal Ahmad Yani.

Baca Juga:Profil Ade Irma Suryani, Putri Jenderal Nasution, Jadi Korban Peristiwa G30S PKI 1965

"Memang ada yang disebut Dewan Pertimbangan Tinggi (Wanjakti) yang bertugas membuat evaluasi di dalam menentukan siapa-siapa yang berhak mendapatkan pangkat jenderal. Alangkah bodohnya Pak Yani jika beliau yang membuat Dewan Jenderal tersebut karena beliau dulu pada masa perlawanan terhadap PRRI/PERMESTA adalah komandan yang tidak menyetujui pembentukan Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Menguni," jelas Heru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini