SuaraBekaci.id - Timnas Indonesia kemungkinan besar akan melawan Bolivia di FIFA Matchday. Agenda melawan Bolivia akan dijalankan Timnas Indonesia pada periode September 2022.
Timnas Bolivia disebut jadi calon lawan Timnas Indonesia berasal dari penuturan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.
"Salah satu negara Amerika Latin yang pasti. Menurut rencana mainnya di Indonesia. Saya meminta (calon lawan) ranking-nya di bawah 100. Ya 100 sampai 80 lah,” kata Iriawan mengutip dari Suara.com
Dari penuturan Ketum PSSI itu, menilik dari rangking FIFA peringkat 80 sampai 100, maka satu-satunya negara asal Amerika Latin yang memenuhi kriteria ialah Bolivia.
Baca Juga:Profil Timnas Bolivia, Calon Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday Berikutnya
Sebab, berdasarkan peringkat FIFA yang telah dirilis pada 23 Juni lalu, timnas Bolivia berada di ranking ke-81.
Bolivia tentu menjadi lawan yang sangat tangguh untuk Timnas Indonesia. Apalagi jika timnas kita berani untuk melawan Bolivia di stadion milik mereka yang disebut sebagai neraka untuk pesepak bola, Stadion Hernando Siles.
Stadion Hernando Siles, Neraka untuk Lionel Messi dkk
Stadion merupakan salah satu faktor penting bagi tim sepak bola yang tak memiliki kapasitas pemain mumpuni untuk bisa meraih hasil maksimal.
Dukungan suporter di dalam stadion akan jadi teror bagi tim lawan, timnas Indonesia memiliki trik itu. Selain itu, letak stadion bisa juga jadi faktor pelemah tim lawan yang akan bertandang.
Baca Juga:Inilah 5 Fakta Bolivia, Cermin Alam Terbesar di Dunia Ada di Negara Ini!
Pada 01 April 2009, Tim Tango Argentina yang kala itu dilatih oleh Diego Maradona bersiap untuk menjalani laga tandang di babak kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Selatan.
Maradona yang biasanya sesumbar timnya akan mampu meraih hasil bagus untuk laga kali ini memilih untuk menyimpan kata-katanya.
Hal ini lantaran Argentina bakal melawan Bolivia di Stadion Hernando Siles. Jauh-jauh hari keberadaan stadion ini sebagai markas Timnas Bolivia sudah dikritik oleh banyak pihak.
Stadion Hernando Siles akan menjadi 'neraka' bagi para pemain. Bagaimana tidak, stadion yang dibangun pada 1931 tersebut memiliki ketinggian 3637 meter di atas permukaan laut.
FIFA sebenarnya sudah sempat mengeluarkan aturan terkait hal ini pada 2007. FIFA saat itu melarang negara menggunakan stadion yang memiliki ketinggian di atas 2500 meter di atas permukaan laut untuk menggelar pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia.
Bagi Bolivia dan sejumlah negara yang memiliki stadion di atas 2500 meter di atas permukaan laut kondisi tersebut bisa jadi cara paling ampuh untuk membuat permainan tim lawan jadi berantakan. Faktanya memang beberapa tim yang menjajal Bolivia di stadion ini harus menerima kekalahan pahit.
Begitu juga dengan skuat Tim Tango pada April 2009 tersebut. Argentina merasakan kekalahan terbesar mereka atas Bolivia semenjak kedua bertanding sejak 1926, Lionel Messi cs kala itu dihantam 1-6. Dari segi permainan, Argentina memang sangat kedodoran meladeni Bolivia.
Para pemain Argentina seperti 'kehabisan nafas' untuk bisa mengatur skema serangan. Konsentrasi para pemain terpecah, umpan-umpan berjalan tak semestinya, sementara para pemain Bolivia terlihat nyaman bertanding.
Umpan satu dua antar pemain Bolivia terjalin dengan sempurna, adu sprint antar pemain Bolivia dengan Argentina di sektor sayap pun sukses dimenangkan oleh tim yang kala itu dilatih oleh Erwin Sanchez.
2017, Argentina kembali melawat ke stadion ini, hasilnya tetap saja minor meski gol yang tercipta lebih sedikit. Argentina kalah dua gol tanpa balas pada 28 Maret 2017.
Bagi orang Bolivia, Stadion Hernando Siles merupakan senjatan mematikan untuk timnas mereka mengalahkan para tim tamu. Nama stadion ini sendiri diambil dari mendiang Presiden Bolivia yang ke-31, ayah dari sang arsitek Emilio Villanueva, Jose Gabino Villanueva memiliki kedekatan tersendiri memang dengan Siles saat masih menjabat sebagai presiden.
Keindahan Stadion Hernando Siles
Sebagai negara yang terletak di dataran tinggi, pemilihan lokasi Stadion Hernando Siles tentu bukan karena faktor kesengajaan untuk membuat tim lawan menjadi kalah.
Bagi suporter Bolivia, ketinggai stadion yang mencapai 3637 meter di atas permukaan laut adalah hal biasa, pasalnya tempat tinggal mereka pun rata-rata memiliki ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut.
Untuk bisa mencapai stadion ini, para turis tinggal menyusuri jalan sepanjang 1,5 km dari Plaza Mayor, salah satu pusat bersejarah di kota La Paz menuju kawasan Miraflores. Sepanjang jalan menyusuri kawasan Miraflores, para turis akan disajikan pemandangan indah kawasan pegunungan Andez yang terkenal.
Selain itu sepanjang jalan menuju kawasan Miraflores yang jadi lokasi Stadion Hernando Siles, para turis akan dimanjakan dengan banyaknya tempat-tempat hiburan malam serta restoran yang siap menyajikan berbagi makanan khas orang Bolivia seperti chuno (sejenis kentang beku) atau chicharron (daging babi kering) yang disajikan bir jagung atau chicha.
Dikutip dari stadiumguide.com, perjalanan ke stadion ini dari Plaza Mayor memakan waktu 30 menit menggunakan transportasi umum seperti bus atau taksi. Jurnalis asal Inggris, Peter Burt menceritakan kisahnya saat bertandang ke Stadion Hernando Siles.
Burt datang saat Club Bolivar, klub yang menjadikan Stadion Hernando Siles sebagai markas tengah menjamu Universitaria de Quito dalam lanjutan Liga Bolivia. Suasana stadion malam itu digambarkan oleh Burt seperti lazimnya stadion-stadion di seluruh dunia.
Suara dukungan suporter membahana di tiap sudut stadion, para suporter tak merasa terganggu dengan posisi stadion. Suara mereka kara Burt terus nyaring selama 2x45 menit.
"Sepertinya efek ketinggian tidak terlalu berpengaruh untuk para suporter. Mereka tak kesulitan untuk bernafas," kata Burt yang saat itu duduk membelakangi area Curva Sur, basis suporter fanatik Club Bolivar.
Menariknya menurut Burt, bukan ketinggian yang membuatnya merasa tak nyaman berada di stadion ini namun barisan para aparat keamanan yang menenteng senjata laras panjang dengan wajah tak bersahabat. "Saya membayar 6,60 poundsterling untuk tiket dan kemudian harus bertemu para aparat bersenjata yang begitu mengerikan," tulis Burt di inbedwithmaradona.com
Sebagai negara termiskin di dunia, pertandingan sepakbola di Bolivia memang cukup rentan terjadinya aksi kriminalitas. Maka tak heran sebenarnya jika di tiap pertandingan akan selalu muncul para aparat keamanan yang sudah berpakain siap tempur. Ini jadi salah satu ciri khas dari pertandingan sepakbola di kawasan Amerika Selatan.
Dikisahkan lagi oleh Burt, di dalam stadion para suporter Club Bolivar memiliki cara tersendiri untuk saling melekatkan. Burt melihat sebagian para suporter yang berasal dari kelompok Curva Norte saling berbagi makanan dan minuman.
"Makanan dan minuman begitu melimpah. Ada sandwich, jelly, hingga kopi panas yang akan diserbu para suporter di waktu istirahat babak pertama,"