G30S PKI: Tekanan Dahsyat di Pondokgede, Jatiasih Sebelum Malam Penculikan 7 Jendral

Ali Anwar: PKI itu bagaikan raksasa berkaki lempung. Temuan senjata Chung di Pondokgede

Lebrina Uneputty
Kamis, 30 September 2021 | 08:04 WIB
G30S PKI: Tekanan Dahsyat di Pondokgede, Jatiasih Sebelum Malam Penculikan 7 Jendral
Salah satu bagian paviliun Gedung Juang Tambun, tempat para anggota PKI ditahan sebelum diadili di Jakarta. (Kemdikbud)

SuaraBekaci.id - Gerakan 30 September (G30 S) Partai Komunis Indonesia (PKI), mengguncang Indonesia di hari ini, hari yang sama, pada malam hari di penghujung Oktober tahun 1965 silam.

Dua bulan sebelum malam G30 S PKI, penculikan dan pembantaian 7 jendral, daerah perbatasan Jakarta-Bekasi mendapat tekanan dahsyat dari PKI. Rumah penduduk diduduki para sukarelawan PKI. Penduduk diusir jika menolak bergabung PKI.

"Itu Pondokgede, Jatiasih, Halim itu sudah dikondisikan 2 bulan jelang G30 S. PKI itu mendata seluruh penduduk yang ada di sekitar lubang buaya, meminta mereka bergabung, yang mau yaa selamat, yang tidak mau diusir, diintimidasi dengan cara kekerasan, " jelas Sejarawan juga Penulis Sejarah Bekasi Ali Anwar kepada suarabekaci.id.

Rumah-rumah penduduk di sekitar Lubang Buaya, Pondok Gede, Jatiasih Bekasi pun kosong ditinggal penghuninya. 

Baca Juga:G30S PKI: Pengkhianatan PKI Terhadap KH Noer Ali

"Rumah-rumah kosong mereka akhirnya ditempati para sukarelawan-sukarelawan PKI dari Jawa Tengah, Jawa Timur termasuk Gerwani, itu saya pikir biasa saja, ternyata setelah saya penelitian ke penduduk, ternyata dahsyat banget," jelas Ali Anwar, menceritakan bagaimana situasi masyarakat sekitar Lubang Buaya menjelang G30 S PKI.

Raksasa Berkaki Lempung

Masih dari keterangan Ali Anwar yang  juga alumni Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) itu, PKI menurutnya bagaikan raksasa berkaki lempung.

"Karena sekali saja disengkat, langsung tumbang. Waktu Soeharto CS menyerang waktu itu PKI di bawah pimpinan Untung (Untung Syamsuri), Umar Dani (Omar Dhani), diserbu saja langsung kocar-kacir,jangankan tentara, sipil kalau disuruh militer saja kocar-kacir (PKI)" cerita Ali Anwar.

Sebagian dari Sukarelawan PKI melarikan diri berpencar. "Para kocar-kacir, ada yang pulang ke Jawa naik kereta api, ada yang lewat darat, bahkan Ketua PKI Bekasi Harun Abas juga coba melarikan diri, kalau Untung (Untung Syamsuri) lari lewat udara kan (Pesawat terbang)".

Baca Juga:Sejarah G30S PKI di Depok, Pelaku Sejarah: Warga Lebih Takut Sama RPKAD Dibanding PKI

Gedung Juang Tambun

Gedung Juang Tambun (kemendikbud)
Gedung Juang Tambun (kemendikbud)

Dalam pelariannya para anggota dan sukarelawan PKI kata Ali Anwar, salah satunya berpencar ke Bekasi. Namun di Bekasi telah dibentengi Pasukan Kodam VI/Siliwangi, Kodam V/Jaya dan Kodim 0507/BKS

"Nah sukarelawan, anggota PKI yang melarikan diri termasuk Harun Abas gagal melarikan diri karena dihadang pasukan Pasukan Kodam enam Siliwangi dan kodam 5 jaya, sama Kodim 0507 bekasi. Ada juga yang lari ke Cibarusah, tapi dihadang juga".

Kapten S Dharta (ketiga dari kanan) Dandim 0507 BKS Kolonel Subandi (paling kanan). Saat itu, di dalam  Gedung Juang ada 140 dari Yon 530 dan 97 orang Yon 454, ditangkap 3 Oktober untuk dikirim ke Jakarta. (ist)
Kapten S Dharta (ketiga dari kanan) Dandim 0507 BKS Kolonel Subandi (paling kanan). Saat itu, di dalam Gedung Juang ada 140 dari Yon 530 dan 97 orang Yon 454, ditangkap 3 Oktober untuk dikirim ke Jakarta. (ist)

Mereka kemudian ditangkap dan dibawa ke Gedung Tinggi Tambun (sekarang Gedung Juang Tambun).

Disana mereka ditahan, dikumpulkan, didata kemudian dibawa ke Jakarta. "Sebagian dipulangkan kembali, sebagian diadili. Dalam perkembangan berikutnya, mereka itulah yang ditangkap dan diadili kembali".

Penemuan Senjata Chung di Pondokgede

Senjata Chung. (indomiliter.com)
Senjata Chung. (indomiliter.com)

Dalam proses pembersihan PKI di Indonesia. Bukan saja militer yang bergerak, tapi juga masyarakat dan pemuda setempat turut dalam gerakan.

"Anak-anak Bekasi ini cukup hebat karena bekerjasama dengan Kodim Bekasi (membersihkan PKI di Bekasi), tapi mereka diberi pengarahan jangan sampai membunuh (anggota PKI), tapi harus diadili, yaa kalau digebukin dulu biasalah tapi nggak sampai mati. Jadi ketemu (anggota PKI) digebukkin lalu kasih ke Militer, ketemu digebukin kasih ke militer," kisah Ali Anwar.

Dalam kegiatan pembersihan itu, para pemuda Bekasi menemukan senjata yang digunakan PKI.

"Jadi jaman PKI itu semua orang boleh punya senjata, Angkatan darat, laut, petani boleh pegang senjata. Di pondok Gede, karena pondok gede itu kan dekat Halim. Petinggi PKI kan ada di Halim nah ditemukan tuh senjata Chung itu".

Menurut Indomiliter.com, senjata Chung asilnya dirancang Sergei Gavrilovich Simonof tahun 1943. Kemudian diproduksi kembali oleh China tahun 1956.

Temuan tersebut diperiksa kemudian disimpan oleh negara. "Saya nggak tahu disimpan di museum atau dimana saya kurang tahu, tapi yang jelas langsung diamankan".

Seperti diceritakan sejarah, tujuh jendral perwira tinggi dan beberapa orang lainnya diculik di depan istri dan anak, dibunuh, dibantai tanpa ampun lalu dibuang ke dalam lubang buaya pada malam G30 S PKI. 

Untuk diketahui, Lubang Buaya adalah kawasan di Perbatasan Bekasi-Jakarta,
Konon, nama itu tersemat karena keberadaan Buaya Putih di sungai yang membelah wilayah administratif Bekasi-Jakarta. Di sanalah para perwira tinggi dan beberapa orang lainnya dibuang.(*)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini