Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton pada 13 September 1993 mendapat pujian dari banyak pihak karena mampu membuat pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat dan PM Israel, Yitzhak Rabin berjabat tangan di Gedung Putih.
Jabat tangan itu menandakan pihak Israel setuju untuk menarik pasukan mereka dari sejumlah wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta membuat Palestina memiliki hak untuk mengatur wilayah mereka sendiri.
Perjanjian damai Israel-Palestina atau yang dikenal Perjanjian Oslo rupanya jadi api dalam sekam bagi sejumlah faksi sayap kanan di Israel. Muncul perlawanan dari kelompok sayap kanan Israel seperti yang dilakukan oleh Baruch Goldstein, dokter keturunan Israe-Amerika yang membantai 29 orang Islam dan melukai 125 lainnya di dalam Masjid Ibrahim yang berlokasi di Hebron, Tepi Barat pada 1994.
Satu tahun setelah peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Goldstein, Yitzhak Rabin temui ajalnya. Ia tewas dibunuh oleh Yigal Amir, seorang ekstremis sayap kanan Israel.
Baca Juga: Serangan Hamas ke Israel: Bak Film Horor, 260 Peserta Festival Musik Tewas
Kelompok La Familia ini terus membuat propaganda anti Arab/Muslim saat Beitar bertanding, baik laga tandang ataupun kandang. Pada 1997, La Familia tunjukkan aksi beringas mereka saat Beitar melawan Hapoel Taibe, tim Arab pertama di Liga Israel.
Bermain di markas lawan, pemain Hapoel Taibe harus menerima cacian rasial dan serangan dari La Familia selama 90 menit penuh pertandingan.
Di era 200-an, aksi La Familia terus meningkat. Pada 2007, mereka membuat chant berisi hinaan untuk Nabi Muhamaad. Chant ini kemudian mereka teriakkan saat Beitar melawan Bnei Sakhnin, klub Arab-Israel.
Aksi ini membuat PSSI-nya Israel, IFA menjatuhkan sanksi untuk Beitar. Klub ini terpaksa melakoni laga melawan Bnei tanpa kehadiran penonton.
Saksi ini kemudian dibalas oleh La Familia dengan aksi pembakaran kantor IFA dan meninggalkan grafiti dengan narasi ancaman pembunuhan kepada ketua IFA.
Baca Juga: Palestina Desak Komunitas Internasional Hentikan Penjajahan Israel
"Semakin banyak fans diserang media, mereka akan semakin tunjukkan provokasi rasial mereka. Saya tidak yakin semua yang menyanyikan itu rasis. Namun itu yang terjadi di tribun," ucap David Frenkiel salah satu pendukung Beitar.
Berita Terkait
-
Konsultasi Kesiapan Indonesia Tampung Warga Gaza, Prabowo Terbang ke Turkiye hingga Yordania
-
Israel Pertimbangkan Buka Akses Bantuan ke Gaza Guna Hindari Tuntutan Hukum
-
Puluhan Visa Mahasiswa Dicabut AS di Tengah Gelombang Aksi Bela Palestina
-
UEA Jatuhkan Hukuman Mati kepada Tiga Orang atas Pembunuhan Rabi Israel
-
Jurnalis Palestina Terbakar Hidup-hidup dalam Serangan Israel di Gaza
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Lewat Pendanaan KUR BRI, Suryani Sukses Jadi Pejuang Ekonomi Keluarga yang Naik Kelas
-
Rahasia Desa Wunut Berhasil Menjadi Desa Pembangunan Berkelanjutan
-
Viral Dua Preman Ngamuk di Pasar Baru Bekasi, Pelaku Positif Sabu-sabu
-
Berdiri 2019, Kini Minyak Telon Lokal Habbie Capai Omzet Belasan Juta Rupiah
-
BRI Raih Penghargaan Internasional, Best Issuer for Sustainable Finance dan Best Social Loan