Periode 70-an, Partai Likud menang pemilu Israel, mereka pun menguasai DPR-nya Israel, Knesset. Likud yang dipimpin oleh Menachem Begin mampu gulingkan kekuasaan kaum kiri di politi Israel.
Kemenangan partai Likud membawa angin perubahan bagi Beitar. Pada 1987, Beitar meraih gelar pertama di kompetisi Israel. Sayang kemudian fajar baru bagi Beitar sempat terbenam pada 1991. Di tahun itu, Beitar terdegradasi ke level kedua kompetisi Liga Israel.
Era 90-an bisa dibilang nano-nano bagi Beitar Jerusalem, mereka mampu meraih banyak gelar namun di luar lapangan doktrin Yahudi Berotot benar-benar diterapkan oleh supporter.
"Para penggemar Beitar ini tidak lagi mirip dengan orang-orang Yahudi lama, mereka meniru strerotip para pemabuk, berandalan bertelanjang dada," tulis Samiran Mishra dalam artikelnya berjudul The Most Racist Club in The World.
Baca Juga: Serangan Hamas ke Israel: Bak Film Horor, 260 Peserta Festival Musik Tewas
Gagasan Muskeljudentum milik Nardou diterapkan suporter Beitar dengan modus yang bermutasi dan menyimpang. Sebagian besar suporter Beitar garis keras diketahui keturunan Yahudi Mirzahi atau kelompok Yahudi yang leluhurnya berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.
Di pandangan mereka, mereka mempunyai pertautan dengan orang-orang Islam, namun tentu saja bukan hubungan yang baik. Karenanya saat Goram Ajoyev pemain asal Tajikistan beragama Islam memberanikan diri bermain untuk Beitar, suporter ini tunjukkan calingnya.
Goram merupakan pemain Muslim pertama yang bermain di Beitar. Pada 2004, datang lagi pemain Muslim lain dari Nigeria. Ia adalah Ibrahim Ndala. Ia berkulit hitam dan beragaman Islam.
Bagi Ndala, ia hanya cukup memainkan 5 laga bersama Beitar. Umpatan dan makian rasial dari pendukug sendiri membuatnya angkat koper dari Beitar.
"Itu adalah pengalaman pahit bagi saya. Mereka bernyanyi untuk saya, 'Hai kau orang Arab, pulanglah'. Di Nigeria, saya tidak pernah mengalami perilaku seperti ini. Ini bukan persaingan politik atau etnis, tapi karena saya seorang Muslim saya tidak bermain untuk Beitar," jelas Ndala.
Baca Juga: Palestina Desak Komunitas Internasional Hentikan Penjajahan Israel
Perdamaian Datangkan Kebencian
Berita Terkait
-
Konsultasi Kesiapan Indonesia Tampung Warga Gaza, Prabowo Terbang ke Turkiye hingga Yordania
-
Israel Pertimbangkan Buka Akses Bantuan ke Gaza Guna Hindari Tuntutan Hukum
-
Puluhan Visa Mahasiswa Dicabut AS di Tengah Gelombang Aksi Bela Palestina
-
UEA Jatuhkan Hukuman Mati kepada Tiga Orang atas Pembunuhan Rabi Israel
-
Jurnalis Palestina Terbakar Hidup-hidup dalam Serangan Israel di Gaza
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Lewat Pendanaan KUR BRI, Suryani Sukses Jadi Pejuang Ekonomi Keluarga yang Naik Kelas
-
Rahasia Desa Wunut Berhasil Menjadi Desa Pembangunan Berkelanjutan
-
Viral Dua Preman Ngamuk di Pasar Baru Bekasi, Pelaku Positif Sabu-sabu
-
Berdiri 2019, Kini Minyak Telon Lokal Habbie Capai Omzet Belasan Juta Rupiah
-
BRI Raih Penghargaan Internasional, Best Issuer for Sustainable Finance dan Best Social Loan