Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 08 Mei 2023 | 14:00 WIB
Kondisi sawah yang ada di Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi (Suara.com/Mae Harsa)

SuaraBekaci.id - Masyarakat resah akibat cuaca panas yang melanda kota-kota di Indonesia. Kondisi ini membawa efek negatif yang dirasakan warga, seperti soal konsumsi listrik sehari-hari. Hal ini juga yang dikeluhkan sejumlah warga di Bekasi, Jawa Barat.

Seperti yang dirasakan warga asal Medan Satria, Kota Bekasi, Ade (33) yang mengeluhkan cuaca panas harus membuatnya terpaksa menyalakan AC 24 jam non stop di rumahnya.

“Panas banget, jadi boros listrik soalnya AC non stop selalu nyala,” kata Ade kepada SuaraBekaci.

Ia mengungkap konsumsi listrik yang meningkat membuatnya rogoh biaya hampir 50 persen lebih besar dari sebelumnya.

Baca Juga: Mana yang Lebih Baik saat Cuaca Panas Ekstrem, Sunscreen atau Sunblock ?

“Biasanya bayar listrik sebulan Rp400 ribu. Ini bisa lebih, bisa Rp600 ribu semenjak panas ini," sambungnya.

Ade mengaku hal tersebut terpaksa harus ia lakukan, sebab ia tak kuat menahan panas jika AC dimatikan dan akan berpengaruh juga kepada kondisi tubuhnya. “Jadi dehidrasi sama sedikit pusing,” ucapnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh warga Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi Annisa (24) yang mengaku cuaca di daerah tempat tinggalnya sangat panas.

“Iya emang dari kemarin-kemarin panas banget, kata suami juga panas banget, bapak juga bilang gitu (panas). Di dalam kamar aja berasa banget panasnya,” ucap Anisa.

Untuk meredam hawa panas Anisa memilih untuk terus menyalakan kipas angin di kamar rumah seharian penuh. Namun hal itu juga membawa konsekuensi dengan harus mengeluarkan biaya token listrik lebih besar dari sebelumnya.

Baca Juga: Efek Buruk Minum Air Dingin saat Cuaca Panas Ekstrem

“Biasanya ibu beli Rp50 ribu buat seminggu, sekarang jadi 6 hari. Sebulan biasa Rp200 ribu, jadi sekarang Rp250 ribu,” jelasnya.

Selain konsumsi listrik yang meningkat, Anisa juga mengeluhkan kondisi daya tahan tubuhnya yang rentan terserang sakit kepala.

“Kepala pusing si biasanya kalo yang aku rasain di cuaca panas gini. Bagian depan (kepala) biasanya sakit” ucapnya.

“Gak terlalu sering sih cuma kalo emang cuacanya panas banget dan keebtulan lama diluar pasti sakit (kepala),” lanjutnya.

Petani Khawatir Lahan Tani Kekeringan

Tak hanya soal melonjaknya penggunaan listrik dan keluhan sakit kepala warga, cuaca panas juga membuat petani di Bekasi juga menjerit. Mereka khawatir lahan taninya dilanda kekeringan.

Seperti dirasakan Ketua Kelompok Tani Benda Jaya, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Niman (56) yang mengaku khawatir lahan sawah seluas 10,8 hektar yang ia kelola bersama seorang rekannya dilanda kekeringan akibat cuaca panas.

Terlebih sebelumnya pada tahun 2017, ia mengatakan sempat mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrem.

“Kalau cuaca panas takut kekeringan, tapi kalau kita masih bisa ngambil (air) dari bawah ya masih bisa bertahan,” kata Niman saat ditemuai SuaraBekaci beberapa waktu lalu.

Niman mengatakan saat memasuki musim kemarau peran pemerintah untuk mendukung ketersediaan mesin pompa air sangat dibutuhkan, guna mengantisipasi apabila terjadi kekeringan.

“Punya (mesin pompa air) tapi tahun tua,” ucapnya.

Kendati demikian, hingga saat ini Niman menyebut belum menemukan masalah yang mengganggu lahan taninya. Kondisi air juga masih normal.

“Kalau ada kekeringan kita dari bawah, sedot ada pantekan. Kalau sekarang, belum (sedot) masih melalui saluran, masih bertahan masih cukup,” ujarnya.

Menurutnya, hal terpenting yang harus diperhatikan petani saat musim kemarau ialah dengan memperhatikan pemilihan jenis obat untuk padi.

“Musim kemarau begini jenis padinya jangan yang panas-panas, harus yang adem-adem. Kalau musim hujan baru kita pakai obat yang banyak perekatnya,” jelasnya.

Kontributor: Mae Harsa

Load More