Galih Prasetyo
Sabtu, 05 November 2022 | 20:35 WIB
Sejumlah alat berat eskavator beroperasi di TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (24/9/2021). [ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah]

SuaraBekaci.id - Tiap hari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Bantargebang, Kota Bekasi kian menggunung. Per hari ada 7500 hingga 8000 ton sampah dari DKI Jakarta yang masuk ke TPA Bantargebang, Kota Bekasi.

Jika diibaratkan dengan tinggi Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, 7500 hingga 8000 ton sampah di TPS Bantargebang terus meninggi 2,9 meter setiap harinya.

Timbunan sampah di TPS Bantar Gebang saat ini sudah mencapai 40 meter atau setara dengan gedung 16 lantai.

Hal itu yang diungkap oleh Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Agung Pujo Winarko pada Mei 2022.

Menengok sedikit ke belakang, pada 2019, artis Hollywood, Leonardo di Caprio sempat kasih sindiran soal kondisi TPA Bantargebang.

Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya @leonardodicaprio, ia unggah foto soal pemungut sampah plastik di gunungan sampah domestik di area Bantargebang.

"Ini dianggap sebagai tempat pembuangan terbesar di dunia. Januari 2019," tulis caption Leondardo di Caprio saat itu.

Persoalannya kemudian dari ribuan ton sampah yang masuk ke TPS Bantargebang, 1200 diantaranya merupakan sampah plastik yang sulit diurai. Benarkah sampah plastik sulit diurai? Apakah ada solusi untuk sampah plastik?

Mengutip dari laporan seminar Suara.com dengan Chandra Asri yang akan tema 'Ekonomi Sirkular untuk Meningkatkan Sistem Pengelolaan Sampah Nasional' terungkap bahwa bahan plastik bisa dikelola menjadi material yang sangat bernilai.

Baca Juga: Suara.com dan Chandra Asri Gelar Workshop Bahas Pengelolaan Sampah di Indonesia Berbasis Ekonomi Sirkular

Plastik misalnya memiliki manfaat penting bagi keamaan kehidupan manusia. 45 persen bahan plastik dapat mengurangi resiko kecelakaan fatal pada penumpang.

Rompi pengaman aparat keamanan yang terbuat dari material plastik menyelamatkan lebih dari 3000 personel.

Berdasarkan data Chandra Asri dari British Plastics Federation(BPF), material plastik juga sangat berguna untuk mengurangi presentase makanan busuk dalam proses pengirimin, mayoritas di negara berkembang.

Sayangnya jika melihat perbandingan konsumsi plastik di Indonesia dengan negara lain masih sangat rendah. Dibanding Korea, Indonesia hanya konsumsi material plastik 22 kilogram perkapita. Sangat jauh dari Korsel yang mencapai 141 kilogram per kapita.

Ekonomi Sirkular Solusi Pengelolaan Sampah

Pertanyaannya kemudian apa itu Ekonomi Sirkular? Apakah bisa mengatasi permasalahan sampah ini?

Load More