Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 22 Agustus 2022 | 20:16 WIB
Pedagang grosir telur di Kayuringin, Kota Bekasi saat melayani pembeli (Suara.com/ Danan Daya)

SuaraBekaci.id - Kenaikan harga telur belakangan ini menjadi perhatian masyarakat pasalnya kenaikan tersebut meroket tajam dari semula sekitar Rp26.000 smencapai Rp33.000

Kenaikan harga telur tersebut mendapat keluhan beberapa pedagang telur, salah satunya Muhammad Yusuf, pedagang grosir di wilayah Kayurungin, Kota Bekasi.

Menurut Yusuf, kenaikan harga telur tersebut disebabkan salah satunya adalah karena bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.

"Gara-gara BLT yaitu programnya pemerintah 3 bulan sekali itu yang bikin naik permintaan, masalahnya ini bahan pokok untuk di salurkan masyarakat terutama telur beras dan lain-lain," jelas Yusuf. 

Baca Juga: Pasar Karawang Hari Ini: Gula Pasir dan Telur Ayam Alami Kenaikan

Pembelanjaan telur pemerintah yang meroket tajam karena program Bantuan Sosial (Bansos) mengakibatkan banyak distributor telur susah mencari stok telur untuk mereka jual kepada masyarakat.

"Kelangkaan ya, dampaknya ke masyarakat," kata Yusuf.

Apalagi ditambah terkait isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan mengakibatkan kenaikan harga telur akan berlangsung lama, pasalnya kenaikan Harga BBM berpengaruh besar terhadap jalannya distribusi telur ke beberapa distributor.

"Ya itu ada dampaknya ada, buat operasional masalahnya, itu dampaknya ya buat yang di kandang-kandang buat transportasi kes ini, akibat dampaknya ada harga BBM ada itu," jelasnya. 

Sementara itu, salah satu pembeli telur, Ibu Farah yang di temui SuaraBekaci mengeluhkan kenaikan harga telur yang tidak kunjung turun, Pasalnya telur menjadi konsumsinya setiap hari.

Baca Juga: Pedagang di Cirebon Mengeluh Tingginya Harga Telur Ayam

"Ya berat sih sebenernya, soalnya kalau telur itu kan rutin ya, biasa untuk sehari-hari yaa agak berat sih kalau di 31.000 terus," kata Ibu Farah.

"Pertama waktu beli itu 23.000 terus naik ke 24.000, terakhir saya beli itu 26.000, sekarang malah 31.000," tambah Ibu Farah.

Sementara itu, pedagang martabak lumpia di Kota Bekasi, Pras mengaku bahwa kenaikan telur ini tidak membuatnya harus menaikkan dagangannya.

"Kalau harga mah belum berubah masih Rp 5.000," kata Pras.

Karena tidak menaikkan harga jualnya, Pras mengaku mengalami penurunan omzet dari sebelum harga telur naik. Ia mengaku biasanya dirinya mendapat keuntungan Rp 150.000 sekarang hanya mendaptakan Rp 50.000.

"Biasanya sih sampe Rp 400.000 sampai Rp 600.000 itu kotornya, bersihnya sampe Rp 150.000 itu kan dulu sekarang mah turun, kalau kotornya mah masih Rp 400.000 paling bersihnya jadi turun jadi Rp 50.000," ungkapnya.

Harga martabak lumpia sendiri di bandrol seharaga Rp 5.000 untuk satu porsi, jajan yang di balut kulit lumpia yang di isi telur, sayuran, bumbu racik, dan toping seperti bakso ataupun sosis.

"kagetlah, sampe cari-cari dulu kan nggak percaya ya masa langsung Rp 32.000, nggak taunya sama semua agen, di Kranji di Pasar Baru Bekasi juga sama," kata Pras.

Kontributor : Danan Arya

Load More