Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Kamis, 14 Juli 2022 | 13:03 WIB
Pesepak bola Timnas Laos U-19 melakukan selebrasi usai mengalahkan Timnas Thailand U-19 dalam laga semifinal Piala AFF U19 2022 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (13/7/2022). [Antara Foto]

SuaraBekaci.id - Timnas Laos U-19 berhasil mencetak sejarah tersendiri setelah mengalahkan Thailand dengan skor meyakinkan 2-0 di babak semifinal Piala AFF U-19 2022 di Stadion Patriot Candrabhaga, Rabu (14/7/2022).

Dua gol kemenangan Laos diciptakan oleh Peeter Phanthavong (7′) dan Damoth Thongkhamsavan (85′). Tiket ke partai final Piala AFF U-19 2022 dirayakan dengan sukacita oleh skuat Laos dan juga suporter Timnas Indonesia.

Laos dianggap berhasil membalaskan dendam publik sepak bola nasional kepada Thailand. Bersama Vietnam, Thailand dianggap tak tunjukkan sportivitas saat melakoni laga terakhir babak fase grup A Piala AFF U-19 2022.

Hasil imbang 1-1 kedua negara membuat Timnas Indonesia U-19 tersingkir di babak fase grup. Tidak hanya Thailand yang terhenti di semifinal, Vietnam pun alami nasib serupa, dikandaskan oleh Malaysia.

Baca Juga: Timnas Laos U-19 Cetak Sejarah, Pertama Kali Lolos ke Final Piala AFF

Menarik melihat perkembangan sepak bola Laos saat ini. Negara yang di era 90-an menjadi lumbung gol untuk Indonesia dan negara ASEAN lainnya saat ini mulai menunjukkan perkembangan.

Perkembangan yang bisa menjadi batu sandungan untuk Timnas Indonesia di masa depan. Lantas seperti apa perkembangan sepak bola Laos itu sendiri?

Menilik dari sejarahnya, federasi sepak bola Laos baru berdiri pada 1951. Akan tetapi sejak 1951, sepak bola Laos mirip dengan negara-negara berkembang lainnya, berjalan di tempat bahkan terkesan terus alami kemunduran.

Masalah match fixing menjadi penyebabnya. Sama seperti Vietnam di awal kebangkitan sepak bola mereka, kompetisi lokal di Laos dihadapkan pada masalah pengaturan skor.

Pada 2017, AFC menyelidik timnas Laos serta klub Lao Toyota FC terkait pengaturan skor. Kasus ini diselidiki AFC sejak 2014.

Baca Juga: Ekonomi Myanmar dan Laos Terancam Bangkrut, Indonesia Diminta Persiapkan Cadangan Devisa

Dari hasil penyelidikan AFC, 15 pemain dan ofisial kemudian dijatuhkan sanksi larangan seumur hidup. Mereka yang terlibat tidak main-main, ada kapten timnas Laos, Saynakhonevieng Phommapanya hingga bintang mereka saat itu, Khampheng Sayavutthi.

Apakah masalah match fixing di Laos selesai? Ternyata tidak, di awal Januari 2022, FIFA membongkar ada praktik pengaturan skor yang dilakukan 45 pemain Laos.

Ke-45 pemain itu kemudian dijatuhkan sanksi larangan seumur hidup juga. "Tindakan mereka telah merusak reputasi mereka sendiri dan negara," kata wakil presiden PSSI-nya Laos, Khampheng Vongkhanti mengutip dari RFA.

Belajar ke Jepang hingga Jerman

Meski masih dihadapkan pada masalah klasik pengaturan skor, PSSI-nya Laos, LFF tetap berusaha untuk membuat sepak bola di negara mereka berkembang.

Setidaknya mereka berupaya untuk bisa membangun generasi baru di tim nasional mereka, hal ini yang mungkin terlihat di skuat Laos U-19 di Piala AFF U-19 2022.

Pada 2014 misalnya, LFF menjalin kerjasama dengan klub Liga Inggris, Chelsea. Kerjasama itu dalam bentuk pembentukan pemain muda.

Saat itu ada 180 anak dari 17 sekolah di Laos yang mendapat kepelatihan dari Chelsea yang diwakili oleh Steve Winnett.

Anak-anak itu mendapat program sepak bola di Stadion Chao Anou, di kota Vientiane. Kerjasama ini diharapkan bisa memunculkan bibit pemain muda Laos.

Tidak hanya dengan Chelsea, LFF pada 2017 juga menjalin kerjasamsa dengan federasi sepak bola Jepang, JFA untuk program pemain muda. Program ini berkelanjutan untuk membangun sepak bola Laos.

Efek dari kerjasama ini, sejumlah akademi sepak bola muncul di Laos. Salah satunya, BEARS Laos Football Academy. Akademi sepak bola ini berada di bawah naungan komunitas sepak bola Tokyo.

Di akademi ini terdapat sejumlah kelompok umur, ada pemain 11 tahun ke bawah, 13 tahun, 15 tahun, dan 18 tahun. Total ada 120 pemain muda di akademi ini yang dilatih oleh staf pelatih dari Jepang.

"Kami bertujuan untuk menemukan dan melatih anak muda Laos berdasarkan metode kepelatihan Jepang untuk bisa menemukan bibit pemain muda yang akan mewakili negara ini di masa depan," tulis pernyataan akademi tersebut.

Perkembangan sepak bola Laos saat ini juga tak lepas dari tangan dingin pelatih asal Jerman, Hans Michael Weis. Ia menjadi aktor di balik kemampuan timnas Laos U-19 melangkah ke final Piala AFF U-19 2022.

Load More