Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Selasa, 08 Maret 2022 | 18:48 WIB
Pedagang Gorengan di Kawasan Mekar Sari, Kabupaten Bekasi (Suara.com/Rendy Utama Putra)

SuaraBekaci.id - Sejumlah harga kebutuhan pokok mendekati bulan Ramadan terpantau merangkak naik. Salah satunya yang menjadi masalah utama masyarakat di Bekasi seperti minyak goreng.

Meski minyak goreng di sejumlah pasar tradisional masih berada di kisaran harga yang tidak stabil, sejumlah pedagang kecil di Bekasi mengaku pasrah dan lebih memilih berjualan dibanding harus antri berjam-jam demi minyak murah.

"Kalo saya mah gak jadi masalah mas bagi pedagang gini, yang penting stock barangnya gak langka, kan kita dagang butuh juga," kata Ibu Ical, penjual rumah makan di kawasan Mekar Sari, Bekasi kepada Suara.com, Selasa (8/3/2022).

Menurutnya, pegadang kecil seperti dirinya tidak terlalu mau memikirkan kenaikan harga minyak dan mengantri karena itu malah membuatnya merugi.

Baca Juga: Sebut Minyak Goreng Sebetulnya Tidak Langka, Juru Bicara PSI: Silakan Cek Sendiri di Olshop

"Logikanya gini aja mas, daripada ngantri lama-lama, berjam jam, mending berjam-jam nya itu buat saya dagang, dapet duit saya," ucapnya.

Dikatakan Ibu Icals, bahwa harga minyak di kawasan Mekar Sari, Bekasi terpantau masih tidak stabil.

"Kalo beli disekitar sini sih minyak ukuran 2 Liter itu harganya Rp 30.000, kalo harga yang antri dari pemerintah itu Rp 28.000, selisih 2 ribuan deh," tuturnya.

Tidak hanya harga minyak saja yang naik, bahan pokok lainnya juga ikut naik, salah satunya yaitu harga telur ayam

"Kalo yang lagi naik harganya itu telur malahan mas, waktu itu normal nya sih Rp 20.000, kalo sekarang Rp 24.000," ucapnya.

Baca Juga: Stok Minyak Goreng Masih Langka di Majene, Penerapan Subsidi Dianggap Tidak Efektif

Soal minyak goreng yang harganya belum stabil, Surip, penjual gorengan di daerah Kabupaten Bekasi juga mengaku bahwa sejumlah harga kebutuhan pokok lainnya alami kenaikan.

"Terigu juga naik mas, tadinya yang 500 mg harganya Rp 7.000, kalo sekarang Rp 8.000," ucap Surip.

Surip juga mengaku tidak pernah ikut serta antri untuk membeli minyak goreng, ia lebih memilih yang cepat bisa didapat, karena ia butuh untuk berdagang.

"Gak ikut saya mas antri gitu, jadi harga naik tetep aja dagang," tutur Surip.

Solusi menangani hal ini, Surip juga melakukan perubahan ukuran gorengan yang dijual lebih kecil dari biasanya.

"Paling sih saya kecilin aja gorengan tempe sama tahunya, harga mah tetep, kalo dinaikin nya harga malah jualnya susah," tutup Surip.

Kontributor : Rendy Rutama Putra

Load More