Pada perseteruan kedua tersebut, pihak orangtua DM menyudutkan dan memaki EM dengan kata kasar dan tidak memberikan kesempatan untuk menjelaskan.
" Bilang katanya saya memukul anaknya pakai bolpoin, difitnah mewajibkan anak anak les, saya katanya mendiskriminasi anaknya," begitu penjelasan EM.
Perseteruan antara orang tua DM dengan Eka pun tak berakhir baik karena tidak mendapatkan kata damai pada saat itu.
Timbul permasalahan berikutnya yakni mengenai keterbukaan dalam group orangtua siswa dan guru selain mengenai pembahasan materi.
Rencananya pada tanggal 25 Oktober 2021 EM ditugaskan untuk mendampingi murid murid kelas 5 dalam program Asesmen Kompetensi Minimum ( AKM ) sehingga pembelajaran tatap muka yang sebelumnya dilakukam seminggu 2 kali kembali diliburkan dan dialihkan menjadi daring.
" Nah hari sabtu sebelumnya saya ingat betul yakni tanggal 23, saya ngirim tugas ke group kelas cara membuat gambar kolase," cerita EFM.
Di kesempatan tugas tersebut, beberapa orangtua siswa mengirimkan tugas anak mereka ke group Whatsapp. Akan tetapi Eka mengaku penilaian dilakukan secara langsung di hari Selasa nanti.
Tidak ingin membuat kecewa atas kiriman tugas di Whatsapp group, EFM memberikan apresiasi kepada mereka dalam bentuk emoticon. Disinilah orangtua DM kembali merasa di anaktirikan EFM.
" Saya gak ngeh, pas mungkin DM yang ngirim saya kasih emoticon jempol saja, akan tetapi bukan hanya DM namun anak yang lain juga sama, dan saya sudah jelaskan bahwa bentuk penilaian bukan emoticon akan tetapi langsung nanti di hari Selasa, emoticon hanya bentuk apresiasi saya di group," jelas EM mengenai kesalahpaham emoticon tersebut.
Akan tetapi rupanya perselisihan emoticon ini berbuntut panjang dan berakhir fatal pada diri Eka.
" Besoknya hari Seninnya, saya baru sampai mereka sudah nunggu di depan ruang guru, Ibu dan Neneknya DM," Terangnya.
Di situlah nenek dan ibu dari DM mengancam EFM dengan kata kasar namun tidak ditanggapi olehnya.
EFM pun masuk dan duduk di ruang guru sembari meminta saran kepada Kepala Sekolah apa tindakan yang seharusnya ia lakukan.
" Akhirnya Kepala Sekolah bilang udah suruh pulang saja dulu," kata EFM menirukan ucapan Kepala Sekolah kala itu.
Akan tetapi orangtua DM yakni nenek dan ibunya tetep kekeuh ingin menyelesaikan perseteruan mereka saat itu juga.
Berita Terkait
-
Pesawat Latih Jatuh di Karawang: Pilot Ungkap Detik-Detik Mesin Hilang Tenaga
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Ngeri! Cekcok di RS Duta Indah Berujung Petaka, Wanita Dihajar Mantan Suami Sampai Gigi Rontok
-
Urusan Banjir 'Abadi' Belum Selesai, Wakil Ketua DPR RI Turun Kembali ke Desa Karangligar
-
Satpol PP Akan Bongkar 179 Bangunan Liar di Sepanjang Akses Tol Karawang Barat
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Misteri 4 Orang Tewas di Tol Tegal: Polisi Tunggu Hasil Forensik
-
BRI Dukung Pembiayaan Sindikasi Rp2,2 Triliun untuk Proyek Flyover Sitinjau Lauik
-
Terbongkar! Aksi Pencurian Mobil di Kawasan Industri Cikarang Libatkan Karyawan
-
4 Orang Tewas Misterius Dalam Mobil Toyota, Identitas Korban Terungkap!
-
AgenBRILink Tingkatkan Inklusi Keuangan di Wilayah 3T, Contohnya Muhammad Yusuf di Sebatik