Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 30 Juli 2021 | 15:47 WIB
ILUSTRASI Jenazah COVID-19. (ANTARA/Nikolas Panama)

SuaraBekaci.id - Hari Nuryani bukan perempuan biasa. Hari Nuryani petugas pemulasara jenazah Covid-19. Hari-hari Hari Nuryani maskin sibuk di Indramayu.

Hari Nuryani baru bisa pulang ke rumah saat subuh, jika harus menangani banyak jenazah pasien Covid-19 dalam sehari.

Melonjaknya kasus kematian akibat Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir, membuat Hari Nuryani dan para petugas pemulasaraan jenazah bekerja ekstra keras hingga harus siaga 24 jam.

"Kalau kasus kematian lagi meningkat, sehari kita bisa memakamkan empat sampai enam orang. Dan ketika lokasinya jauh, kita juga harus pulang subuh," kata Hari Nuryani, relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Baca Juga: Protokol Pemulasaraan dan Pemakaman Jenazah Covid-19 di Wilayah Sulsel

Sebagai relawan pemulasaraan jenazah penderita Covid-19, perempuan berusia 49 tahun yang biasa disapa Yani itu juga harus siaga 24 jam.

Sebab, sewaktu-waktu dirinya bisa menerima panggilan untuk mengurus jenazah pasien.

Bahkan terkadang Yani menerima panggilan untuk mengurus jenazah, ketika hendak tidur pada malam hari. Bersama timnya, Yani bertugas mengurus jenazah pasien Covid-19, mulai dari memandikan, mengafani dan membungkus jenazah menggunakan plastik serta memasukkannya ke dalam peti jenazah hingga memakamkannya.

Sebagai anggota Unit Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, Yani sebenarnya sudah biasa mengurusi jenazah.

Namun jenazah penderita Covid-19 membutuhkan penanganan yang berbeda.

Baca Juga: Pemakaman Macanda Penuh, Ini Lokasi Baru Pemakaman Jenazah Covid-19 Pemprov Sulsel

Petugas harus menerapkan protokol khusus dalam pemulasaraan dan pemakaman jenazah penderita penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 tersebut.

Prosesnya juga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemulasaraan dan pemakaman biasa.

Selain itu, ancaman tertular virus corona, menjadi risiko yang harus dihadapi saat bekerja.

Guna meminimalkan risiko tertular virus, Yani berusaha menjaga ketahanan tubuh dan menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Demi menjaga keselamatan diri dan keluarga yang menanti di rumah, ibu dari tiga anak itu selalu mengenakan alat pelindung diri lengkap saat bertugas.

Yani juga tetap menjaga kondisi tubuhnya, seperti meluangkan waktu beristirahat jika telah merasa lelah.

"Alhamdulillah sampai sekarang (belum pernah tertular Covid-19). Kita harus bisa memproteksi, kalau badan sudah tidak enak lebih baik istirahat," katanya.

Saat bertugas, Yani selalu berdoa kepada sang pencipta supaya senantiasa melindunginya.

Baginya, doa menjadi penguat selama menjadi relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 sejak November 2020.

Yani bercerita, dirinya menjadi relawan pemulasaran jenazah pasien Covid-19, kala beberapa rumah sakit di Indramayu kewalahan menangani peningkatan kasus kematian pada penderita infeksi virus corona dan meminta bantuan ke BPBD Indramayu.

Saat itu, tanpa berpikir panjang, dirinya langsung menyatakan kesanggupan ketika diminta menjadi relawan.

Yani bertugas mengurusi pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di dua rumah sakit di Kabupaten Indramayu dan kadang membantu menangani pemakaman warga di daerah tempat tinggalnya.

Sebagai relawan pemulasaraan jenazah, ia kadang mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan atau penolakan dari keluarga warga yang meninggal dan warga sekitarnya.

Namun perlakuan tersebut tidak mematahkan semangat Yani untuk menjalankan tugas dan membantu sesama.

"Kita tidak berharap apa-apa sebenarnya, kalau ada keluarga yang mengucapkan terima kasih itu sudah cukup," kata Yani.

Yani juga berharap seluruh warga berusaha menjaga kesehatan diri dan keluarga dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, agar kasus penularan Covid-19 bisa ditekan dan penderita infeksi virus corona yang meninggal dunia terus berkurang.

Kalau orang-orang mengabaikan protokol kesehatan, maka penularan virus corona akan sulit dikendalikan dan rumah sakit serta petugas pemakaman bisa kewalahan.

Kasus Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) sebanyak 590.392 kasus setelah bertambah 8.366 kasus pada Kamis, 29 Juli 2021.

Berdasarkan laman Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar atau Pikobar, Kamis, 29 Juli 2021, kasus terbanyak masih ditempati Kota Depok dengan 28.089 kasus positif aktif.

Wilayah dengan jumlah kasus terendah menurut Pikobar adalah Kabupaten Kuningan dengan 477 kasus positif aktif.

Di Jabar, saat ini masih ada 127.881 pasien Covid-19 yang masih dalam perawatan. Sementara 453.625 sembuh dan 8.886 meninggal.

Load More