Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 09 Juli 2021 | 11:14 WIB
Ilustrasi (Pixabay)

SuaraBekaci.id - Penyebab pasien COVID-19 isoman meninggal dunia terungkap. Sehingga kita semua harus paham cara isolasi mandiri.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di rumah.

Salah satu di antaranya ialah penuhnya fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

"Utamanya karena kondisi kritis yang sangat cepat terjadi pada pasien Covid-19," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Jumat (9/7/2021).

Baca Juga: Gibran Murka Setelah Lihat Pasien Covid-19 Asyik Nongkrong di Wedangan

Banyak orang yang positif Covid-19 tidak bisa mendapatkan perawatan di fasyankes karena penuh.

Warga harus mengantre panjang dan akhirnya memilih untuk menjalani isolasi mandiri di rumah.

Untuk mengatasi masalah ini, Nadia mengatakan, layanan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) melalui satuan tugas telah ditugaskan memonitor pasien isoman.

Warga positif Covid-19 juga akan mendapatkan obat.

Selain itu, kini ada layanan kesehatan digital telemedicine, meski baru DKI Jakarta yang menerapkannya. Nadia mengatakan, layanan ini secara bertahap akan diterapkan di wilayah lainnya.

Baca Juga: Istri Isoman di Rumah, Suami Rela Berdiri Depan Pintu Agar Tetap Jaga Jarak

Jawa Barat (Jabar), misalnya, juga sudah memiliki layanan telemedicine dan mengelolanya. Upaya berikutnya adalah memperkuat koordinasi dengan satgas RT/RW untuk koordinasi dengan puskesmas dalam memantau warga yang isoman.

Cara isolasi mandiri

Cara isolasi mandiri anak positif COVID-19. Cara isolasi mandiri anak itu dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Cara isolasi mandiri anak positif COVID-19. Cara isolasi mandiri anak itu dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Dalam Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak yang positif Covid-19. Buku itu dapat diunduh melalui laman situs IDAI.

Buku Diary tersebut berisi tentang bermacam pembahasan seputar hal yang harus dilakukan para orangtua yang anaknya terkontaminasi virus Covid-19.

Melalui akun resmi Twitter @lawancovid19_id, para orang tua yang ingin mengunduh buku panduan isolasi mandiri bagi anak yang positif Covid-19 diarahkan menge-klik situs IDAI itu.

Mengutip dari panduan resmi yang dikeluarkan IDAI, berikut hal yang harus dilakukan dan diperhatikan saat anak sedang melakukan isolasi mandiri.

Syarat isolasi mandiri dilakukan bagi anak apabila anak tidak bergejala (asimptomatik) atau memiliki gejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, ruam-ruam.

Selama isolasi mandiri berlangsung, kondisi anak harus dalam keadaan aktif. Anak juga bisa melakukan makan dan minum.

Menerapkan etika batuk kepada anak, yaitu menutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan lengan atas bagian dalam saat batuk.

Desinfeksi ruangan juga wajib dilakukan para orang tua di area rumah yang sering disentuh oleh banyak orang, seperti gagang pintu, kran, toilet, wastafel, saklar, meja, dan kursi.

Orang tua wajib memantau gejala dan keluhan yang dirasakan oleh anak. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dua kali sehari, pagi dan malam hari.

Lingkungan rumah dan kamar diharapkan memiliki ventilasi yang baik agar terjaga sirkulasi udara dengan baik.

Orang tua dapat tetap mengasuh anak yang positif, namun disarankan para orang tua memiliki risiko rendah terhadap gejala berat Covid-19.

Jika ada anggota keluarga lainnya yang positif, maka dapat diisolasi bersama anak. Apabila orang tua dan anak berbeda status Covid-19, disarankan berikan jarak tidur 2 meter atau tidur di kasur terpisah.

Berikan dukungan psikologis pada anak sangat penting dilakukan oleh para orang tua.

Bagi bayi sehat dari Ibu suspek Covid-19 dapat dirawat dengan bergabung dan menyusu langsung dengan mematuhi protokol pencegahan secara tepat.

Jika kondisi Ibu yang suspek Covid-19 tidak memungkinkan merawat bayinya, maka keluarga lain yang berkompeten dan tidak terinfeksi dapat merawat bayi, termasuk membantu pemberian ASI perah selama Ibu dalam perawatan.

Protokol kesehatan juga wajib diterapkan selama melakukan isolasi mandiri bagi anak.

Para orang tua wajib segera membawa anak ke rumah sakit apabila menemukan gejala:

  • Anak banyak tidur
  • Napas cepat
  • Ada cekungan di dada, hidung kembang kempis
  • Saturasi oksigen <95%
  • Mata merah, ruam, leher bengkak
  • Demam > 7 hari
  • Kejang
  • Tidak bisa makan dan minum
  • Mata cekung
  • Buang air kecil berkurang
  • Terjadi penurunan kesadaran

Alat yang wajib disiapkan orang tua selama melakukan isolasi mandiri bagi anaknya adalah termometer dan oxymeter sebagai pengukur saturasi oksigen dan frekuensi nadi.

Obat–obatan juga wajib disiapkan bagi anak yang sedang melakukan isolasi mandiri, diantaranya obat demam, zinc, dan multivitamin seperti vitamin C dan vitamin D3.

Load More