Pebriansyah Ariefana
Selasa, 06 Juli 2021 | 07:40 WIB
Ilustrasi mitos dan fakta soal sperma laki-laki. (Shutterstock)

SuaraBekaci.id - Sebuah pesan berantai berisi informasi sperma cegah penularan COVID-19 beredar di WhatsApp. Dalam informasi itu disebutkan minum sperma cegah penularan COVID-19.

Pesan itu disebar oleh seorang instruktur kebugaran. Klaim tersebut pernah dilaporkan pada tahun 2020 lalu.

Seorang instruktur sekaligus blogger asal Inggris Tracey Kiss mengklaim bisa menghindari berbagai penyakit berkat biasa minum sperma pasangannya.

“Ini (sperma) adalah multivitamin alami, diproduksi secara alami, dan gratis. Ini juga mengandung banyak nutrisi, vitamin, dan mineral, serta baik untuk di konsumsi setiap hari,” ujar Tracey, dikutip dari Daily Star.

Dokter Sarah Jarvis dari Shepherd’s Bush Hospital di London menjelaskan anggapan minum sperma dapat mencegah Covid-19 adalah keliru.

Menurut Sarah, pernyataan tersebut merupakan salah satu bentuk hoax dari klaim obat atau terapi pencegahan Covid-19.

Sperma (Freepik)

“Gagasan mengonsumsi sperma bisa mencegah COVId-19 sama sekali tidak didukung bukti medis. Malah ini sangat mengkhawatirkan,” ungkap Sarah.

Selain tak bisa mencegah paparan Covid-19, para ahli juga menyebut bahwa cairan sperma yang tidak higienis malah bisa menjadi sumber penyakit menular seksual.

Penyakit tersebut mulai dari sifilis, gonore, HPV, bahkan hingga HIV dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan dari organ intim.

Baca Juga: Banyak Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri, Demokrat DKI: Kita Harus Saling Bantu

Pakai masker berlapis hindari COVID-19

Mengenakan masker dapat melindungi diri Anda dan orang lain dari penyebaran Covid-19. Tetapi, jenis bahan dan jumlah lapisan kain yang digunakan dapat memengaruhi risiko paparan secara signifikan, demikian temuan sebuah studi dari Georgia Institute of Technology.

Studi ini mengukur efisiensi filtrasi partikel submikron yang melewati berbagai bahan masker yang berbeda. Sebagai perbandingan, rambut manusia berdiameter sekitar 50 mikron, sedangkan 1 milimeter berukuran 1.000 mikron.

Cara pakai masker ganda alias masker dua lapis. (Dok. Instagram/Kemenkes)

“Partikel submikron dapat bertahan di udara selama berjam-jam dan berhari-hari, tergantung pada ventilasi. Jadi jika Anda memiliki ruangan yang tidak berventilasi atau berventilasi buruk, maka partikel kecil ini dapat bertahan di sana untuk jangka waktu yang sangat lama,” kata Nga. Lee (Sally) Ng, profesor dari Sekolah Teknik Kimia dan Biomolekuler.

Studi tersebut dilakukan selama musim semi 2020, ketika pandemi memicu penutupan global sebagian besar institusi. Masyarakat menghadapi kekurangan masker, mendorong banyak orang untuk membuat masker sendiri. Georgia Tech dengan cepat menyiapkan studi tersebut karena sudah memiliki "sistem yang hebat untuk menguji efisiensi filtrasi menggunakan instrumen yang ada di lab," kenang Ng.

Temuan studi ini digunakan untuk membentuk rekomendasi masker wajah buatan sendiri, dengan temuan studi komprehensif yang diterbitkan pada 22 Maret di jurnal Aerosol Science and Technology.

Load More