Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 25 Juni 2021 | 14:34 WIB
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meninjau rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bandung. [Antara]

SuaraBekaci.id - Gubernur Jawa Barat salahkan memerintah pusat berikan libur panjang ke masyarakat hingga membuat kasus COVID-19 menggila di pulau Jawa.

Sebeb penambahan harian kasus Covid-19 secara nasional kembali memecahkan rekor, Rabu (24/6/2021). Hari itu, terdapat penambahan kasus terkonfirmasi lebuh dari 20 ribu.

Lonjakan Covid-19 hari merupakan dampak libur panjang saat Lebaran. Menurut dia, apabila pemerintah pusat tak memberi libur panjang, tak akan ada lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan.

"Sebelum libur panjang, keterisian rumah sakit itu di bawah 30 persen. Relawan dokter dan akes (tenaga kesehatan) saya bubarkan karena tak ada pasien. PPKM mikro berhasil," ujar dia saat berkunjung ke Kabupaten Garut, Jumat (25/6/2021).

Baca Juga: Anies Baswedan : Alarm Tanda Bahaya Itu Telah Dibunyikan

Ketika pemerintah memberi libur panjang, banyak masyarakat yang mudik.

Warga yang telah balik dari mudik menjalani swab test antigen di GOR Kelurahan Kampung Makasar, Jakarta, Kamis (20/5/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Masyarakat juga saling berkunjung satu sama lain. Saat Lebaran, tak sedikit pula masyarakat yang ramai berziarah ke makam-makam sanak saudaranya yang telah meninggal.

Seperti bom, kata dia, terjadilah kedaruratan penanganan Covid-19.

Saat ini, penambahan kasus Covid-19 terus meningkat. Sementara itu, banyak rumah sakit yang hampir penuh merawat pasien Covid-19.

Ridwan Kamil menjelaskan situasi kedaruratan penanganan Covid-19 yang terjadi saat ini bukan karena penanganan yang buruk. Pihaknya terus melakukan penanganan dengan 3T (tracing, testing, treatment) dengan maksimal.

Baca Juga: Muncul Klaster Baru Lagi di Banyuwangi, Sejumlah 48 Warga Terpapar Covid-19

"Ini karena dikasih libur panjang," kata dia.

Karena itu, sebagai kepala daerah, ia meminta pemerintah pusat tak lagi memberikan libur panjang secara bersamaan. Sebab, kebijakan itu akan merusak proses penanganan Covid-19 yang sebelumnya sudah berjalan baik.

RSUD Bekasi Membludak

RSUD Bekasi membludak (Suara.com/Imam)

RSUD Bekasi membludak hingga pasien COVID-19 dirawat di tenda darurat. Sebab ratusan pasien Covid 19 terus berdatangan ke Rumah Sakit Daerah (RSUD) dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi sejak melonjaknya kasus penyebaran Covid 19.

Direktur Utama RSUD Kota Bekasi Kusnanto Saidi mengatakan sudah menambahkan tempat tidur untuk perawatan pasien Covid 19.

"Pasien Covid tentunya kan sudah luar biasa yah, dari 265 (bed) kita tambah lagi 100 (bed) ya sekarang masih belum cukup," jelasnya saat ditemui di RSUD Bekasi, Jumat (25/6/2021).

Kusnanto juga mengatakan sudah membuka satu lantai khusus pasien Covid 19 dan telah disediakan puluhan tempat tidur.

"Terus hari ini saya masih melihat tambahan pasien yang datang ke RSUD, kita coba buka satu lantai lagi sebanyak 45 tempat tidur," katanya.

"Jadi kurang lebih bisa mencapai 400 tempat tidur dari 600 kapasitas yang ada di RSUD Kota Bekasi," lanjutnya.

Untuk pasien bukan Covid 19, lanjut Kusnanto, pihaknya hanya menyediakan 200 kasur perawatan.

"Yang 200 nya kita peruntukkan untuk pasien-pasien yang noncovid,"katanya.

Dia juga menjelaskan bahwa pendirian tenda darurat berfungsi untuk triase sebelum pasien dilakukan tindakan setelah mengetahui pasien terpapar Covid-19 atau tidak.

"(Awalnya) Kapasitas bed yang kita sediakan di Triase adalah 30 bed. (lalu) Saya tutup satu lorong untuk penambahan bed triase, sebanyak 15 tempat tidur di lorong itu," katanya.

Jika RSUD Kota Bekasi sudah tidak bisa menampung, Kusnanto mengatakan akan mengalihkan pasien ke rumah sakit tipe D dan rumah sakit swasta yang ada di Kota Bekasi.

"Iya, kita alihkan ke rumah sakit lain. Kita kerja sama dengan rumah sakit tipe D ada empat, kemudian rumah sakit swasta yang ada di kota Bekasi," jelasnya.

Dia juga menyebut kasus kematian mencapai 8 persen dari total pasien yang ditangani di RSUD Kota Bekasi.

"Angka kematian di RSUD hanya 7 persen hingga 8 persen dari total yang dirawat. 600 sampai 700 (pasien) itu total yang di rawat," jelasnya.

Pantauan SuaraBekaci.id, terdapat beberapa orang yang sedang melakukan registrasi sebelum dimasukan ke tenda triase darurat.

Terlihat juga pasien yang duduk di kursi roda dengan infus dilengannya dan bagian hidungnya terpasang alat bantu pernapasan oksigen.

Load More