Scroll untuk membaca artikel
Antonio Juao Silvester Bano
Jum'at, 21 Mei 2021 | 09:52 WIB
Triyanto, pemilik rumah yang menghibahkan hasil penjualannya untuk membangun sumur wakaf di Palestina.(Dok. Triyanto for TIMES Indonesia)

SuaraBekaci.id - Warga Indonesia bernama Triyanto (47) ingin membantu warga Palestina. Dia menjual rumahnya seharga Rp 600 juta untuk membangun sumur wakaf di Palestina.

Rumah yang dia jual tersebut berada di Banyuwangi. Hasil penjualan rumah pribadinya itu dihibahkan untuk membantu warga Palestina.

Triyanto mengaku melakukan hal itu karena terinspirasi dari Utsman bin Affan, khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644 sampai 656.

Menurutnya, Sahabat Utsman bin Affan pada zamannya membeli dan membangun sumur untuk diwakafkan kepada kepentingan masyarakat umum. Tak hanya muslim tapi juga orang Yahudi kala itu.

Baca Juga: Ngakak! 30 Dukun Nusantara Kirim Santet Rudal Ghaib ke Israel, Emang Bisa?

"Saya senang, karena terinspirasi dari beliau. Sampai sekarang ya masih bermanfaat bagi kehidupan manusia, tidak pandang apa agamanya," katanya dilansir dari TIMES Indonesia -- jaringan Suara.com, Kamis (20/5/2021).

Dia mengaku sengaja berencana untuk membangun sumur di Palestina. Karena, baginya, sumur merupakan sumber kehidupan kehidupan masyarakat.

Selain itu dia juga memiliki alasan lain mengapa memilih membangun sumur di Palestina.

Pertama, air itu sejuk, damai dan bersifat membersihkan. Kedua, air memiliki sifat sebagai sumber kehidupan dan energi. Ketiga, sebagai simbol perdamaian karena semua orang yang berkonflik, tetap akan membutuhkan air.

"Menurut saya (sumur) ini sangat fleksibel kegunaannya. Yang saya pegang adalah spirit perdamaian. Air sangat berharga di sana. Siapapun bisa memakainya. Bisa untuk membersihkan diri, minum, menyiram tanaman, dan banyak manfaatnya," ujarnya.

Baca Juga: 4 Keunikan di Negara Israel

"Kalau senjata, ujungnya untuk peperangan. Nah, di sini saya tidak paham soal politik. Saya orang fakir. Apa itu zionis, apa itu Hamas. Saya tidak paham. Yang saya inginkan hanya perdamaian dan kemanusiaan," sambungnya.

Triyanto menceritakan alasan lain dia ingin menghibahkan sebagian hartanya untuk membangun sumur wakaf di Palestina. Yakni, karena merasa dekat dengan ajal.

Triyanto mengaku pernah divonis positif Covid-19 pada akhir Januari 2021 lalu. Tidak ada bayangan lain dalam benaknya kecuali dekat dengan ajal.

Ia berusaha sembuh dengan mengikuti anjuran dokter yakni melakukan isolasi mandiri di rumahnya seorang diri.

Saat itu, istrinya sedang bertugas di Kalimantan sementara anaknya berada di Yogyakarta.

"Kemudian saya diberi kesembuhan oleh Allah. Ini peringatan sekaligus Allah memberi kesempatan kedua untuk hidup. Ini titik balik. Saya niat sebanyak-banyaknya mencari bekal akhirat," ujarnya.

Belakangan, Triyanto cemas melihat maraknya pemberitaan tentang konflik Palestina dan Israel.
Menjelang perayaan Hari Kemenangan Hari Raya Idul Fitri, ia tidak tega menonton adegan baku tembak dari serdadu Israel yang membabi buta kepada warga Palestina di Masjid Al Aqso.

Dia pun berkeputusan untuk menjual salah satu asetnya yang berada di Banyuwangi, yakni rumah di Puri Brawijaya Blok XE 4-8. Dia menawarkan rumah itu untuk hasilnya dihibahkan kepada warga Palestina.

"Ada sekitar 35 orang yang menawar kepada saya," imbuh Triyanto.

Setelah mencari harga tertinggi, yakni berhenti di angka Rp 600 juta.

Rumah tersebut dia jual kepada warga asli Banyuwangi yang kini tinggal di Probolinggo atas nama Ira.

Ira sebagai pihak pembeli telah membayar uang muka sebesar Rp 5 juta. Uang muka itu dianggap tanda jadi olehnya.

Sehingga langkah selanjutnya adalah pelunasan sambil lalu mengurus administrasi dan membawanya kepada notaris.

"Rencananya Sabtu besok kami bersama-sama ke notaris. Sudah dapat notaris dan sepakat pelunasan Juni nanti. Saya juga menunggu kedatangan istri yang kini sedang tugas di Kalimantan," terangnya.

Triyanto menggandeng organisasi kemanusiaan bersifat kerelawanan bernama Aksi Cepat Tanggap atau ACT sebagai mitra menyambung donasi.

Menurut keterangan proposal yang disampaikan ACT kepadanya, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 275-300 juta untuk bisa membeli dan membangun sumur wakaf di Palestina.

"Penyerahan donasi kepada ACT direncanakan pada pertengahan Juni. Begitu pelunasan, kami serahkan langsung," tegasnya.

Triyanto menyetujui proposal yang disampaikan ACT.
Ddirinya sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya kepada pihak ACT sebagai pelaksana di lapangan.

Nantinya, di sekitar sumur wakaf yang dibangun tersebut akan dibuatkan prasasti atas nama keluarga besar dari keluarga Triyanto beserta istri.

"Prasasti kurang lebih nama donatur. Ya nanti mungkin keluarga besar kami," tandasnya.

Sebagai donatur, Triyanto bersama keluarga besarnya hanya memiliki satu harapan agar warga Palestina hidup damai dan tenang.

Sumur wakaf darinya diharapkan memberi manfaat bagi seluruh masyarakat Palestina.

Load More