Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Selasa, 15 Desember 2020 | 12:13 WIB
Roy Suryo (Ria Rizki/Suara.com)

SuaraBekaci.id - Roy Suryo analisa CCTV penembakan Laskar FPI. Laskar FPI ditembak mati di Tol Jakarta-Cikampek.

CCTV dalam kasus ini menjadi misteri karena Jasa Marga dan polisi mengklaim rekaman CCTV KM 50 Jalan Tol Jakarta-Cikampek terganggu. Komnas HAM telah memeriksa Dirut PT Jasa Marga Subakti Syukur dan membahas soal rekaman CCTV tersebut.

Bos Jasa Marga itu menjelaskan CCTV tidak mati tetap berfungsi namun mengalami gangguan sehingga pengiriman data rekaman terganggu.

Untuk CCTV di KM 50, bos Jasa Marga itu membantah rusak atau mati. Namun demikian keterarangan dari pimpinan Jasa Marga ini dinilai malah makin simpang siur.

Baca Juga: Rocky Gerung Curiga Polisi Rekayasa Rekonstruksi Laskar FPI Ditembak Mati

Pengamat Telematika Roy Suryo merespons dan menganalisis dalih pengiriman data CCTV terlambat yang dijelaskan oleh bos Jasa Marga tersebut.

Mantan Menteri Olahraga itu merespons penjelasan Dirut Jasa Marga soal CCTV tidak rusak di sekitar TKP penembakan laskar FPI, di cuitan akun Twitternya.

Dalam cuitannya Roy menila penjelasan Subakti Syukur tidak tegas sehingga melahirkan kontradiksi. Dia menilai hal demikian lantaran dalam penjelasannya kepada media usai diperiksa Komnas HAM, bos Jasa Marga itu menegaskan CCTV tidak rusak, hanya mengalami gangguan saja.

“Statemen Dirut Jasa Marga dlm berbagai pemberitaan ini sebenarnya tidak tegas bahkan jadi kontradiktif. CCTV yang sangat penting tersebut hanya “rusak Link”-nya dari Camera ke Server. Namun masih ada di masing-masing DVR-nya, Atau gara-gara “kerusakan” tersebut menjadi tidak ada backup. Bagaimana QC-nya,” tulis Roy.

Roy berharap keterlambatan pengiriman data rekaman CCTV ini jangan sampai berlarut terlalu lama. Dia sampai penyidir pengungkapan rekaman CCTV yang lama seperti kasus buronan Harun Masiku.

Baca Juga: Refly Harun Pertanyakan Apa Tujuan Polisi Menguntit Habib Rizieq

“Sesuai dgn namanya, CCTV = Closed Circuit Television memang bersifat terbatas, namun rekamannya harus tetap bisa dibuka kepada pihak-pihak yang berkepentingan, dalam hal Kasus ini salah satunya adalah Komnas HAM dan TPF (kalau memang ada & diperlukan). Teknologi harus jadi Solusi, bukan Alibi,” tulisnya.

Terkait dengan CCTV di sekitar penembakan laskar FPI, Subakti Syukur mengakui memang ada 23 CCTV yang tidak berfungsi dengan baik dari KM 48 sampai KM 72 di Tol Jakarta-Cikampek, bertepatan dengan kejadian bentrokan polisi vs laskar FPI. Ia mengatakan, semua CCTV tersebut tidak mati hanya terganggu pengiriman datanya.

“Yang kemarin memang kebetulan terganggu itu bukan CCTV-nya. CCTV-nya tetap berfungsi tapi pengiriman datanya itu terganggu itu hanya 23 CCTV dari KM 48, 49 sampai 72. Itu hanya yang di lajur di gerbang dan lain-lainnya sebelumnya itu semua ada. Jadi hanya sekadar 23,” kata Subakti di Komnas HAM.

Gangguan pengiriman data CCTV itu terjadi selama beberapa jam. Mengapa saat kejadian penembakan CCTV mengalami gangguan? Sebenarnya Jasa Marga mau memperbaiki segera, namun apa daya saat penembakan laskar FPI terjadi, keadaan cuaca tak memungkinkan untuk diperbaiki.

“Iya (tidak ada rekaman data) untuk 23 CCTV yang di KM 49-72, tapi di lain-lain yang di gerbang jangan salah di sepanjang jalur itu kan ada lajur gerbang-gerbang (normal). Hanya yang di lajur-lajur aja, tapi di gerbang-gerbang ada semua (datanya),” tuturnya.

Subakti mengatakan hal lumrah gangguan teknis terjadi pada CCTV.

“Ya kalau di lapangan bisa aja kan di sana ada kerjaan karena banyak kendaraan yang lewat. Pada saat itu kebetulan Minggu menjelang Senin itu rame kebetulan hujan juga kami jadi kita agak terhambat perbaikannya,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama PT Jasa Marga Tollroad Operator (JMTO) Raddy R Lukman mengklaim jika beberapa CCTV tak berfungsi karena mengalami gangguan link jaringan backbone di KM 48+600 sejak Minggu 6 Desember 2020 pukul 04.40 WIB.

Load More