SuaraBekaci.id - Umat muslim besok, Selasa (12/3/2024) akan melangsungkan ibadah puasa Ramadan 1445 H. Bulan Ramadhan menjadi bulan paling berkah dan dinanti oleh umat muslim di seluruh dunia. Selama 30 hari penuh, umat muslim akan menjalani ibadah puasa dan mendapat ganjaran pahala berlipat.
Selain sebagai bulan untuk bisa mendapatkan pahala berlipat, umat muslim di bulan suci Ramadan 2024 juga diwajibkan untuk menghindari perbuatan yang mendatangkan dosa hingga membatalkan ibadah puasa.
Salah satu perbuatan yang kerap jadi pertanyaan banyak orang ialah melakukan onani atau masturbasi di siang hari pada bulan Ramadan. Apa hukum melakukan onani di siang hari saat bulan Ramadan?
Dikutip dari NU Online, terkait onani dalam kaitannya dengan ibadah puasa dapat ditemukan antara lain pada Kitab Al-Majmu’ berikut ini:
Baca Juga:Jadwal Salat Tarawih Malam Ini untuk Wilayah Bekasi: Lengkap Tata Cara dan Niat Salat
إذا استمنى بيده وهو استخراج المنى افطر بلا خلاف عندنا لما ذكره المصنف
Artinya, “Bila seseorang melakukan onani dengan tangannya–yaitu upaya mengeluarkan sperma–, maka puasanya batal tanpa ikhtilaf ulama bagi kami sebagaimana disebutkan oleh penulis matan (As-Syairazi),” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah: 2010 M], juz VI, halaman 286).
Aktivitas onani yang dilakukan hingga ejakulasi dapat membatalkan puasa karena kesamaan ejakulasi yang disebabkan mubasyarah.
Keterangan ini dapat ditemukan pada Kitab Al-Majmu’ berikut ini:
وان استمنى فانزل بطل صومه لانه انزال عن مباشرة فهو كالانزال عن القبلة ولان الاستمناء كالمباشرة فيما دون الفرج من الاجنبية في الاثم والتعزير فكذلك في الافطار
Baca Juga:Ini 6 Bacaan Niat Puasa Ramadan: Lengkap Bahas Arab, Latin dan Terjemahan
Artinya, “Jika seseorang beronani lalu keluar mani atau sperma (ejakulasi) maka puasanya batal karena ejakulasi sebab kontak fisik (mubasyarah) laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan ejakulasi sebab ciuman. Onani memiliki konsekuensi yang sama dengan kontak fisik pada selain kemaluan antara laki-laki dan perempuan, yaitu soal dosa dan sanksi takzir. Demikian juga soal pembatalan puasa,” (Lihat Imam An-Nawawi, 2010 M: VI/284).
- 1
- 2