SuaraBekaci.id - Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) jadi venue pertandingan FIFA Matchday Timnas Indonesia vs Argentina, Senin 19 Juni 2023. Laga esok hari jadi menambah panjang catatan sejarah yang ditorehkan SUGBK.
Sebagai stadion kebanggan orang Indonesia, SUGBK mendapat kehormatan jadi tempat untuk juara Piala Dunia bermain. Sebelum Argentina, Uruguay juga pernah cicipi bertanding di SUGBK.
Skuat Argentina, Sabtu (17/6) telah berlatih di SUGBK. Sejumlah pemain yang tahun lalu angkat trofi Piala Dunia 2022 seperti Emi Martinez tampak serius belatih di SUGBK.
Meski Argentina tanpa diperkuat megabintang Lionel Messi, antusiasme tinggi tetap ditunjukkan suporter untuk saksikan Timnas Indonesia vs Argentina di SUGBK esok hari.
Baca Juga:Berikut Rekayasa Lalu Lintas Di Sekitar SUGBK Saat Timnas Indonesia Vs Argentina
Hal ini terlihat dari penjualatan tiket Timnas Indonesia vs Argentina yang ludes terjual. Pecinta sepak bola nasional tak sabar menyasikan bagaimana pemain Timnas Indonesia meningkatkan level bermain mereka melawan pemain level dunia.
Cerita Pembangunan SUGBK dan Penggusuran Warga
Pembangunan SUGBK dimulai untuk menyambut Pesta Olahraga Asia 1962 (Ganefo). Soekarno saat itu mendapat pinjaman lunak dari Uni Soviet.
Uni Soviet gelontorkan dana 12,5 juta dollar Amerika Serikat demi ambisi Soekarno membuat nama Indonesia harum di panggung politik internasional lewat olahraga.
Sejahrawan JJ Rizal sempat ungkap bagaimana akhirnya kawasan Senayan dipilih untuk dibangun SUGBK. Sebelum SUGBK dibangun, di sana terlebih dahulu sudah ada pemukiman penduduk.
Warga Kampung Senayan dan Kebon Baru terpaksa harus direlokasi untuk pembagunan SUGBK. Ini menjadi kasus penggusuran pertama yang dialami warga setelah Indonesia merdeka.
Menariknya menurut penjelasan JJ Rizal, saat proses penggusuran itu Soekarno membujuk warga dan tokoh Betawi untuk bersedia dan ikhlas untuk kampungnya dijadikan tempat berdirinya SUGBK.
Malah kata JJ Rizal, penggusuran warga Kampung Senayan dan Kebon Baru merupakan contoh penggusuran yang manusiawi.
Soekarno menurut JJ Rizal turun langsung bertemu warga dan tokoh berdialog. Dari pertemuan itu diputuskan bahwa warga tidak hanya mendapat ganti untung tanahnya namun juga tanaman milik mereka.
"Bahkan pohon-pohon buahnya diganti. Juga disediakan dulu tempat pemukiman ganti di Tebet," kata JJ Rizal beberapa waktu lalu.
Namun kata JJ Rizal, sempat terjadi clash kecil karena penggusuran ini. Kata JJ Rizal, hal ini dipicu kelakukan segelintir tentara yang pada masa itu tengah memanas hubungan dengan Soekarno.
"Sayang kemudian tentara ikut merecoki untuk menjelekkan posisi Soekarno yang saat itu memang tengah memanas hubungannya," ungkapnya.
Sebelumnya kawasan Senayan, panita Ganefo sebenarnya melirik kawasan Sunter, Jakarta Utara sebagai tempat dibangunnya SUGBK.
Namun, Soekarno saat itu menolak. Hal ini lantaran akses jalan ke kawasan Sunter kala itu tidak memadai dan lokasi belum strategis.
Total pemerintah Soekarno saat itu membebaskan lahan seluas 360 hektare untuk membangun SUGBK. Senayan yang hijau mulai digusur dan warganya dipindahkan ke kawasan Tebet.
“Karena cara penggusuran yang manusiawi melalui dialog dengan lebih dulu memikirkan lokasi pemindahan, maka tidak ada perlawanan dari masyarakat. Mereka juga merasa bangga kampungnya menjadi bagian dari rencana besar Sukarno, menjadikan Jakarta sebagai ibukota thirdworldisme,” ujar JJ Rizal.
Tebet Jadi Tempat Orang Kaya Baru
Sebelum saat ini dikenal sebagai salah satu kawasan elite, Tebet di era 1940-an merupakan daerah rawa.
Untuk menampung warga gusuran dari Senayan, Tebet diubah menjadi tempat pemukiman.
Rawa-rawa di Tebet saat itu mulai dikeringkan. Berbondong-bondong warga gusuran Senayan mulai bermukim di Tebet.
“Kawasan Tebet setelah penggusuran itu memang sudah disiapkan sebagai lokasi permukiman layak,” tambah Rizal.
Bahkan beebrapa warga seketika menjadi orang kaya baru setelah mendapat uang ganti untung.
Dibangunnya SUGBK menjadi salah satu daftar megaproyek yang digagas oleh Soekarno.
Bagi Soekarno, berlangsungnya Ganefo menjadi salah satu cara untuk gelorakan semangat juang negara-negara berkembang untuk lepas dari penjajahan.
Menurut JJ Rizal, berlangsungnya Ganefo tak lepas dari hasil Konfrensi Asia Afrika (KAA) Bandung. Ganefo sebagai bentuk perwujudan sikap negara-negara tanpa mau diintervensi negara lain.
Yang juga menarik kata JJ Rizal, di tengah kondisi Perang Dingin di era itu, Soekarno dengan lihai memanfaatkan dua negara Adidaya, Amerika Serikat dan Uni Soviet.
"Ingat saat itu situasi perang dingin, Amerika dan Rusia berebut pengaruh. Sukarno dengan lihai memanfaatkan situasi itu dan jadilah gelora dengan ongkos dari Rusia, sementara jalan By Pada dari Amerika. Keuntungan hemat ongkos inilah yang dicipratin Sukarno kepada warga Senayan dengan dapat ganti untung,” jelas JJ Rizal.