SuaraBekaci.id - Solihin alias Duloh menjadi salah satu tersangka keji kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Bekasi dan Cianjur, Jawa Barat. Duloh merupakan komplotan dari Wowon Eriawan alias Aki Wowon dan M.Dede Solehudin.
Salah satu pedang Narto (33) yang berjualan cakwe di SDN Ciketing Udik III membenarkan bahwa Duloh berjualan es cincau di depan sekolah tersebut.
Narto mengatakan kepada SuaraBekaci.id, selain mangkal di SDN Ciketing Udik III, Duloh juga berkeliling untuk menghabiskan dagangan es cincau di wilayah Bantargebang.
Duloh sempat mengaku kepada Narto bahwa omset berjualan es cincau sehari bisa mencapai Rp 500.000.
Baca Juga:Geger Serial Killer Bekasi, Duloh Si Algojo Mengaku Bisa Sembuhkan Orang Sakit dengan Cara Ini
"Kadang kalo cerita omsetnya banyak di atas Rp 300.000 bisa sampai Rp 500.000 sehari," kata Narto.
Narto menyebut ternyata Duloh memiliki tiga anak yang juga berjualan es cincau karena dirinya memiliki empat gerobak.
"Cincau di Bantargebang yang dikuasai dia, soalnya dia punya empat gerobak, satu gerobak si abah (Duloh) tiganya lagi itu anaknya, jualan di Bantargebang," ucap Narto.
Narto mengaku kaget mendengar kabar bahwa Duloh bagian dari komplotan pembunuhan berantai yang menewaskan sembilan orang korban.
Narto menceritakan bahwa seminggu sebelum penemuan sekeluarga diracun, Duloh sempat berpamit kepada dirinya, untuk kembali ke halaman kampungnya di Cianjur.
Baca Juga:Hari Ini, Polisi Bongkar Kuburan Siti TKW Korban Serial Killer Aki Wowon Cs di Garut
"Sebelum kejadian gak jualan, pamit pulang 'cakwe pulang dulu saya' pulang dia (ke Cianjur), kurang lebih seminggu," katanya.
Duloh diduga tidak hanya bertugas menjadi algojo pembunuhan. Pria baru baya itu juga diketahui mencari lokasi rumah kontrakan di Bantar Gebang, Kota Bekasi yang jadi TKP pembunuhan Ai Maimunah dan dua anaknya
Salah satu tetangga Ai Maimunah di Bekasi, Cartini (33) menyebut sempat didatangi pria lansia yang sedang mencari kontrakan.
Dirinya menambahkan tidak ada kontrakan kosong di wilayahnya, akan tetapi pria lansia itu menanyakan sebuah rumah kosong yang ingin disewa.
"Ada kakek-kakek dateng nanya ke saya ada kontrakan gak, saya jawab yang itu mah gak layak (rumah tkp) kosong pak," ucap Cartini.
Kontributor : Danan Arya