Jersey ini awalnya sengaja dibuat oleh Timnas Denmark untuk menyampaikan pesan politik kepada tuan rumah Qatar. FIFA pun buru-buru kirim surat kepada PSSI-nya Denmark.
Menurut Jakob Jensen, ketum PSSI-nya Denmark bahwa pihaknya mendapat surat dari FIFA yang isinya melarang mereka menggunakan pesan kemanusian di jersey dan seragam latihan mereka.
Dikatakan Jensen, pelarangan itu disebut FIFA karena alasan teknis. Menurut Jensen apa yang dilakukan Denmark bersifat universal dan bukan sebagai seruan politik. "Itu sesuatu yang semua orang bisa dukung," ungkapnya.
Sejak Awal FIFA Kerap Muka Dua
Baca Juga:Profil 3 Wasit Wanita di Piala Dunia Qatar 2022, Punya Prestasi Mentereng
Sikap yang ditunjukkan oleh Infantino sebernya tidak aneh. Langkah Infantino sebenarnya hanya melanjutkan sikap dari para pemimpin FIFA sebelumnya.
FIFA sejak era João Havelange kerap terjebak dengan urusan politik atau bukan politik. Politik versi FIFA berbeda dengan kebanyakan orang.
João Havelange misalnya sempat menyerukan bahwa FIFA anti dengan politik apartheid yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
Kampanye anti apartheid yang dilakukan João Havelange tak murni karena kepedulian. João Havelange melalukan itu agar ia bisa menang sebagai Presiden FIFA melawan wakil Inggris, Sir Stanley Rous.
Havelange seperti dilihat dari serial Netflix "FIFA Undercoverd" memanfaatkan ucapan blunder Rous soal para pesepak bola asal Afrika.
Baca Juga:Pamer Penghasilan di G20, Presiden FIFA: GDP Global Sepak Bola Hampir Rp4,6 Triliun
Dalam satu wawanara dengan media Inggris, Rous sempat menyebut bahwa cara bermain pesepak bola Afrika berbeda dengan pemain Eropa. Blunder ini yang digunakan Havelange unutk menarik suara dari federasi di Afrika.