SuaraBekaci.id - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 suporter Arema atau Aremania pada 1 Oktober 2022 menjadi duka bagi sepak bola Indonesia.
Pecah tragedi Kanjuruhan tak lepas dari masuknya sejumlah suporter ke lapangan pasca laga Arema vs Persebaya.
Masuknya sejumlah suporter ke lapangan yang kemudian membuat polisi menembakan gas air mata. Kondisi ini membuat suporter panik dan berhamburan ke luar stasion.
Mirisnya, sejumlah pintu di Stadion Kanjuruhan justru tertutup rapat. Ratusan suporter pun merenggang nyawa.
Baca Juga:Polisikan Ade Armando Buntut Sebut Suporter Arema Sok Jagoan, Pengacara: Mendiskreditkan Aremania
Terkait insiden berdarah di Stadion Kanjuruhan, salah satu eks pemain di Liga Indonesia, Eero Markkanen mengaku bahwa suporter Indonesia memang dikenal sangat fanatik dan militan.
Kepada media Finlandia, Iltalehti.fi, Markkanen menggambarkan supoter bola di Indonesia akan selalu membangkit gairah dan emosi saat pertandingan.
Namun ia menegaskan bahwa selama berkarier di PSM Makassar, dirinya selalu aman dengan militansi para suporter lokal.
Ia pun menceritakan momen saat bertanding bersama PSM. Saat itu, ia harus naik mobil tentara demi menghindar dari lemparan suporter lawan.
"Ketika kami pergi untuk memainkan final piala, kami pergi ke sana dengan mobil tentara. Itu karena kita tidak bisa menggunakan bus agar terhindar dari lemparan suporter lawan," ucap eks pemain Real Madrid tersebut.
Baca Juga:Komnas HAM Klaim Punya Video Kunci Awal Mula dari Tragedi Kanjuruhan
"Di sana memang harus ada persiapan lebih untuk menggelar pertandingan, apalagi jika kondisinya semakin memanas," ungkapnya.
Sementara itu, korban tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dilaporkan bertambah satu orang, sehingga secara keseluruhan menjadi 132 orang.
Spesialis Anastesi Konsultan ICU dr Arie Zainul Fatoni di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa mengatakan bahwa korban meninggal dunia pada pukul 14.25 WIB usai mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar.
"Kami ucapkan belasungkawa terhadap meninggalnya Helen Prisela pukul 14.25 WIB, karena mengalami oksigenasi yang ke paru-parunya sangat jelek, sehingga mengalami gagal napas akut," katanya mengutip dari Antara.