Colombijn kemudian mengkritisi pernyataan soal mengapa gas air mata itu ditembakan yakni adanya suporter yang turun ke lapangan. Bagi Colombijn, apa yang disampaikan tersebut hanya menimbulkan agresi lebih besar di kalangan masyarakat.
"Mereka benar-benar berkata, 'jika orang-orang itu tidak mendengarkan kita, tidak mengikuti aturan, maka kita harus campur tangan'. Siapapun yang berbicara seperti itu kepada warganya hanya timbulkan provokasi,"
"Setelah itu polisi kemudian mengkonfirmasi reputasinya dengan menabrak orang," jelas Colombijn.
Pernyataan dari profesor asal Belanda ini kemudian diamini oleh Zen RS, jurnalis Narasi. Zen mengatakan bahwa kekerasan sudah mengakar di masyarakat Indonesia.
Baca Juga:Sosok-Sosok di Balik 'Selamatnya' Indonesia dari Sanksi FIFA
"Jika Anda menyelidiki sedikit lebih dalam ke sejarah kami, Anda akan melihat betapa banyak kekerasan yang terjadi di masyarakat," ucapnya.