SuaraBekaci.id - Hari ini, Partai Nasional Demokrat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden untuk pemilu 2024.
Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia Aditya Perdana mengatakan meskipun masa jabatan Anies sebagai gubernur Jakarta masih tersisa 12 hari lagi, Nasdem terkesan begitu antusias untuk mengambil langkah paling awal.
Aditya memprediksi dua hal dari situasi politik sekarang.
Pertama, ada potensi kristalisasi dukungan koalisi parpol dalam pencapresan yang lebih cepat dari yang dibayangkan sebelumnya.
Baca Juga:Sosok Anies di Tubuh Nasdem, sang Deklarator yang Kini Diusung Capres 2024
Dia mengatakan tadinya banyak pengamat menduga koalisi akan terbentuk di akhir Desember 2022 atau awal tahun 2023 mendatang. Kalau ini terjadi, kata dia, akan menarik karena ada pemicu-pemicu yang bisa jadi mempercepat pembentukan koalisi, seperti misalkan adanya kecocokan di antara mitra koalisi.
Percepatan pembentukan koalisi ini dinilai Aditya juga berakibat kepada pembicaraan terkait dengan mekanisme dukungan serta sosialisasi capres dan partai pendukungnya yang lebih cepat dari jadwal tahapan yang sudah ditetapkan oleh KPU.
Artinya, menurut Aditya, ada kemungkinan mesin partai koalisi dari partai manapun juga segera bergerak dengan cepat.
Proses kristalisasi ini, kata Aditya, dapat berdampak positif bagi parpol untuk menggerakkan mesin partai, sebaliknya berdampak negatif atau merepotkan penyelenggara pemilu manakala tahapan kampanye belum dimulai.
"Pertanyaannya, koalisi mana saja yang tentu akan mengikuti langkah Nasdem, ini yang masih sulit ditebak," katanya dalam pernyataan tertulis.
Kedua, ada potensi status quo yang cair menunjukkan tidak ada situasi dan dampak apapun terhadap pencapresan yang dilakukan oleh partai manapun.
Artinya, kata Aditya, bisa jadi parpol lain menunggu proses verifikasi parpol selesai dan penetapan peserta pemilu di akhir tahun ini.
Dalam posisi yang cair ini, katanya, parpol masih berdinamika dan memungkinkan untuk berkoalisi dengan siapapun. Tidak terpengaruh dengan deklarasi dari Anies Baswedan dan Nasdem.
"Apakah kemudian posisi Nasdem dapat berubah? Dalam skenario ini, saya menduga ada peluang berubah dan mungkin malah tidak. Karena tentu semua parpol benar-benar akan memperhitungkan secara matang, kalau saya memilih capres A maka apa dampak elektoralnya bagi saya," katanya.
"Ini yang tentu setiap parpol akan serius melihat ini. Bagi Nasdem bisa jadi perhitungan dampak elektoral ini dapat diperoleh dalam waktu dekat dengan memastikan AB sebagai capresnya," dia menambahkan.
Di luar itu semua, menurut Aditya, deklarasi ini memberi dugaan baru bahwa pembentukan koalisi pencapresan memiliki pola baru yang berbeda di pilpres sebelumnya, dimana biasanya koalisi yang pasti terbentuk 6-8 bulan sebelum pencoblosan.