"Lapangan itu juga warisan Thmarin. Dia bagusin lapangan tersebut dengan biaya 2000 gulden. Itu murni keinginan Thamrin yang ingin masyarakat pribumi bisa bermain bola, sebagai bentuk perlawanan juga buat orang-orang Belanda yang main bola di Menteng," kata Untung.
Jika di era 1930-an, lapangan Petojo begitu ramai didatangi oleh warga pribumi untuk bisa bermain sepak bola, di era saat ini, lapangan ini sudah banyak dipugar dan dikelola oleh pemerintah DKI Jakarta. Meski begitu, lapangan ini tetap dijaga kisah sejarahnya.
Adalah Abdullah Palawah atau yang akrab disapa oleh Om Dullah oleh warga sekitar lapangan Petojo jadi 'juru kunci' lapangan Petojo saat ini.
Meski berdarah Ambon, Om Dullah sudah sejak era 60-an berada di Jakarta dan mengetahui persis bagaimana lapangan Petojo pernah jadi saksi bisu perkembangan sepak bola Jakarta khususnya saat bergeliatnya klub Jakarta Putera, salah satu klub internal Persija.
Baca Juga:Muncul Petisi Penggantian Nama JIS Jadi Stadion MH Thamrin, Ini Reaksi Wagub DKI
Selain itu, JJ Rizal dalam diskusi virtual '127 tahun M.H Thamrin Dari stadion VIJ ke JIS, dari M.H Thamrin hingga Anies Baswedan: sepakbola dan semangat kebangsaan' pada Februari 2021 juga mengungkap peran penting MH Thamrin untuk mendorong Soeratin Sosrosoegondo membentuk PSSI.
"PSSI berakar pada inisiatif Voetbalbond Indonesia Jakarta (VIJ). Thamrin jadi beschermer atau pengayom aktif. Di sini visi sepak bolanya tumbuh dan menemukan momentum," JJ Rizal.
"Mengapa Thamrin? Suratin memang pendiri Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), tapi tanpa Thamrin organisasi ini sulit terwujud," tambah JJ Rizal.
Fakta bersejarah membuktikkan bahwa VIJ, cikal bakal Persija menjadi salah satu klub pendorong bersama klub di Solo, Surabaya, Makassar untuk membuat organisasi sepak bola bersifat nasional, PSSI.
Baca Juga:JIS Diusulkan Ganti Nama Jadi Stadion MH Thamrin, Riza Patria Bilang Begini