"Kedua, Somad merendahkan agama lain. Somad misalnya pernah menyebut salib Kristen sebagai tempat jin kafir. Somad juga menyebut secara terbuka nonmuslim sebagai kafir," ujarnya.
Ade Armando menyebutkan contoh lain yang diberikan Kementerian Dalam Negeri Singapura bahwa Ustaz Abdul Somad menyebut bom bunuh diri adalah tindakan yang sah bila itu dilakukan untuk melawan kezaliman seperti konflik Israel-Palestina.
Pemerintah Singapura, lanjut Ade Armando, merasa perlu untuk tidak membiarkan Ustaz Abdul Somad berkeliaran di Singapura karena kehadirannya bisa mencederai keharmonisan antar umat di negara mereka.
"Ketegangan hubungan antar ras dan agama sudah mengancam Singapura sejak kelahirannya tahun 1965. Karena itu, Pemerintah Singapura selalu sensitif dengan potensi perpecahan bangsanya. Dalam konteks inilah mereka menolak Somad," katanya.
Baca Juga:6 Tersangka yang Bikin Ade Armando Babak Belur Segera Disidang
Tapi, lanjut Ade Armando, penolakan ini bukan hanya diterapkan Singapura kepada Ustaz Abdul Somad ataupun hanya pemuka Islam. Siapa pun yang dianggap mendorong bisa mendorong ketegangan rasial dan agama akan ditolak Singapura.
Ia menyebut, Singapura pernah menolak dua pendeta Kristen yang dianggap membenci Islam atau Islamophobia. Ade Armando juga menyinggung bahwa di sisi lain, bukan hanya Singapura yang menolak Ustaz Abdul Somad. Timor Leste, Hong Kong, Swiss, Inggris, dan Belanda.
"Jadi, penolakan terhadap kehadiran Somad adalah langkah yang bisa sangat dipahami. Penjelasan Singapura sudah sangat terang-benderang. Karena itu, apa pula yang harus dipertanyakan Sandiaga?" katanya.