SuaraBekaci.id - Babelan merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Bekasi. Bagi orang Bekasi tentu tidak asing dengan daerah ini.
Dari sejarahnya nama Babelan sendiri diambil dari sosok Tionghoa bernama Baba Lan. Ia adalah seorang tuan tanah di kawasan tersebut.
Daerah Babelan juga menjadi bukti awal adanya orang Tionghoa Bekasi Siapa sebenarnya sosok Baba Lan itu?
Menurut pengamat kebudayaan Tionghoa Bekasi, C.Dewi Hartati, sosok Baba Lan ini datanya memang tidak banyak dari literasi sejarah.
Baca Juga:Harapan Warga DKI Di Tahun Macan Air: Semoga Jadi Momentum Persatuan Bangsa
"Menurut informasi dari orang Bekasi sendiri, di Bekasi, kan memang ada daerah namanya Babelan. Nah di situ pada era kolonial Belanda, ada tuan tanah Tionghoa yang dipanggilnya itu Babah Lan," kata Dewi saat dihubungi Suara Bekaci, Selasa (1/2).
Dewi Hartati yang menuliskan disertasi mengenai kebudayaan Tionghoa itu menambahkan bahwa karena orang Bekasi suka menambahkan logat E dalam pengucapan, maka nama Baba Lan menjadi Babalen.
"Kalau orang Bekasi itu suka menambahkan E dalam pengucapan baik di depan kalimat atau belakang, jadi dipanggilnya menjadi Baba Elan. Jadi di tempat tinggal tuan tanah tersebut jadi dinamakan Babelan," tambah Dewi.
Berdasarkan desestasi dari Dewi Hartati ini, sosok Baba Lan ini dulunya menguasai tanah sangat luas, hampir 17 kilometer persegi.
"Dulu dia menguasai tanah, kurang lebih 17 kilometer. Sampai sekarang pun jejak orang Tionghoa di Babelan masih terasa, walaupun tidak semua orang Tionghoa tinggal di sana," ungkap Dewi.
Baca Juga:Tahun Baru Imlek, Ganjar Pranowo Kunjungi Veteran Perang Keturunan Tionghoa, Murid Pelukis Dullah
"Dari sini kita bisa melihat akulturasi, ada jejaknya. Bisa terlihat nih ada jejaknya, ada Wihara Dana Paramita yang sangat bercirikan etnis Tionghoa," tambah Dewi.
Dari hasil desertasi C.Dewi Hartati yang berjudul 'Orang Tionghoa di Bekasi', disebutkan keberadaan orang Tionghoa di Bekasi dapat ditelusuri dari daerah yang ada di Bekasi yaitu Babelan,
Menurutnya orang Tionghoa Bekasi sudah ada sebelum adanya pembantaian etnis Tionghoa di Batavia tahun 1740 yang mengakibatkan banyak orang Tionghoa menyingkir ke Bekasi.
Keberadaan orang Tionghoa di Bekasi dapat juga ditelusuri melalui klenteng, yaitu dari keberadaan klenteng Ngo Kok Ong, Cibarusah, Kabupaten Bekasi yang didirikan pada 1673.
Klenteng ini berada di dekat pasar, sampai saat ini pasar dikenal dengan pasar Lama sebagai kawasan pecinan Cibarusah.