"Saya tekankan bahwa semua inisiatif OKI akan sulit diimplementasikan tanpa adanya kemajuan yang signifikan dari Taliban untuk memenuhi janji-janjinya," katanya.
"Pendekatan 'Help Us to Help You' (bantu kami untuk bisa membantu anda) dengan Taliban harus dilakukan," tambahnya.
Ketiga, lanjut Menlu Retno, OKI dapat berperan sebagai jembatan dengan negara donor.
"Sebuah roadmap bantuan kemanusiaan dan pengaliran kebutuhan keuangan dapat dibahas dengan donor di berbagai fora terkait," ucapnya.
"Saya tekankan kembali bahwa tiga hal ini sangat penting artinya bagi terciptanya Afghanistan yang damai, stabil dan sejahtera," ujar Menlu Retno.
Diketahui, pada 16 Agustus 2021 lalu, Taliban berkomitmen untuk membentuk pemerintah yang inklusif, menghormati HAM termasuk hak perempuan dan anak perempuan, dan tidak menjadikan Afghanistan sebagai tempat breeding maupun training bagi terorisme.
Selain dengan perwakilan Taliban, Retno juga di antaranya mendiskusikan situasi kemanusiaan di Afghanistan dengan Perwakilan Khusus Jerman untuk Afghanistan dan Pakistan, Jasper Wieck, dan Perwakilan Khusus AS yang baru untuk Afghanistan, Thomas West.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat (UNOCHA), Martin Griffiths, menyampaikan bahwa situasi kemanusiaan di Afghanistan sangat memprihatinkan, di antaranya 23 juta rakyat Afghanistan menghadapi ancaman kelaparan; fasilitas kesehatan dipenuhi anak-anak yang kekurangan gizi; 70 persen guru tidak mendapatkan gaji dan jutaan anak dikhawatirkan tidak dapat sekolah.