Khutbah Jumat Terbaru 2021: Sabar adalah Kunci Hadapi Cobaan di Masa Pendemi COVID-19

Kesenangan berubah menjadi kesedihan, kesuksesan menjelma menjadi kegagalan, dan kebaikan pun bisa menimbulkan keburukan.

Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 30 Juli 2021 | 10:56 WIB
Khutbah Jumat Terbaru 2021: Sabar adalah Kunci Hadapi Cobaan di Masa Pendemi COVID-19
Umat Islam bersujud saat melaksanakan salat Jumat di depan Masjid Hagia Sophia untuk pertama kalinya setelah 86 tahun pada 24 Juli 2020 di Istanbul, Turki. [Foto/AFP]

SuaraBekaci.id - Khutbah Jumat terbaru 2021. Khutbah Jumat ini bertema savar adalah kunci hadapi cobaan di masa pandemi COVID-19. Khutbah Jumat singkat terbaru 2021 hari juga bagaimana cara menyikapi musibah sesuai tuntunan Al Quran.

Hanya saja tidak spesifik menghadapi pandemi COVID-19. Menyadur dari NU Online 'Khutbah Jumat: Tidak Putus Asa Menghadapi Musibah' oleh Rakimin Al-Jawiy, berikut materi khutbah Jumat singkat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, tidak ada seorang pun yang bisa luput dari musibah, termasuk para Nabi dan Rasul-Nya; dan tidak ada jenis musibah apapun namanya yang bisa menimpa, melainkan dengan izin Allah (QS at-Taghabun: 11).

Dunia saat ini sedang berduka karena terjangkit wabah Corona. Sebagai dampaknya, musibah global pun telah menimpa kita, baik di bidang kesehatan, ekonomi, sosial dan politik bahkan keagamaan. Musibah yang datang silih berganti dapat memperburuk kehidupan kita.

Baca Juga:Khutbah Jumat Singkat Terbaru 2021: Menyikapi Musibah Sesuai Tuntunan Alquran

Kesenangan berubah menjadi kesedihan, kesuksesan menjelma menjadi kegagalan, dan kebaikan pun bisa menimbulkan keburukan.

Suasana Salat Jumat di Masjid Al Markaz Makassar, Jumat 23 April 2021 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]
Suasana Salat Jumat di Masjid Al Markaz Makassar, Jumat 23 April 2021 / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

Ketika musibah datang menghampiri, kerapkali membuat kita terkejut (shock), tidak nyaman, serasa terluka dan sakit menyayat hati. Berbagai musibah yang terjadi, ada yang ringan, sedang dan berat. Jenisnya juga beragam.

Demikian pula konteks situasi/kondisi dan sikap seseorang dalam menghadapinya. Lantaran terkena Covid 19 atau penyakit lain, orang jadi kesulitan memenuhi kebutuhan pangan, hilang pekerjaan, terjadi KDRT dan bahkan kabar kematian pun datang bertubi-tubi. Untuk itu Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya:

Artinya, “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." (QS al-Baqarah: 156).

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, sesungguhnya orang-orang yang ditimpa musibah hendaknya merasa yakin bahwa kebaikan, keburukan dan segala sesuatu itu berasal dari Allah, lalu berkata: "Diri kami ini adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Untuk-Nya kami persembahkan puji syukur atas segala karunia dan kami harus bersabar jika mendapatkan ujian atau diberi pahala dan balasan."

Baca Juga:Sekilas Sheikh Bandar Imam Masjidil Haram yang Nyaris Diserang saat Khutbah

Warga melaksanakan shalat Jumat di salah satu Masjid di kawasan Pancoran, Jakarta, Jumat (18/9/2020).  [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]
Warga melaksanakan shalat Jumat di salah satu Masjid di kawasan Pancoran, Jakarta, Jumat (18/9/2020). [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]

Kalimat istirja’ yang sering kita baca dan juga membanjiri jagad sosial media, mengingatkan kepada kita bahwa musibah itu terjadi dengan taqdir-Nya. Mengisyaratkan kepada shahibul musibah agar ikhlas menerimanya. Pepatah Arab mengatakan:

Artinya, “Dengan musibah orang bisa menjadi mulia dan bisa menjadi hina.”

Musibah yang diterima secara positif akan mendatangkan peluang, ibrah, hikmah dan anugerah. Sebaliknya bila musibah disikapi secara negatif, maka akan menjadi penghalang dari rahmat, sehingga bertindak negatif dan mengutuk ujian yang dapat mengundang azab dari Allah ta’âlâ. Rasulullah saw bersabda:

Artinya, “Orang yang Allah inginkan kebaikan atasnya maka akan diberinya musibah.” (HR al-Bukhari).

Untuk itu hendaknya kita tidak berputus asa dalam menghadapi musibah agar semakin mendapatkan kebaikan-kebaikan dari Allah ta’ala.

Bagi orang beriman, musibah tidak boleh dilihat sebagai peristiwa negatif. Melainkan harus dipandang sebagai ajang melatih diri untuk sabar dan tabah.

Manusia diuji untuk tidak mudah berputus asa, karena Allah telah berjanji akan mengangkat derajat orang yang menghadapi musibah dengan penuh kepasrahan, dan akan mengganti apa yang hilang atau lepas dari tangan mereka dengan anugerah yang lebih baik.

Warga melaksanakan shalat Jumat di salah satu Masjid di kawasan Pancoran, Jakarta, Jumat (18/9/2020).  [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]
Warga melaksanakan shalat Jumat di salah satu Masjid di kawasan Pancoran, Jakarta, Jumat (18/9/2020). [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, banyak orang yang salah menyikapi musibah dan berakhir dengan putus asa. Orang yang berputus asa akan dihinggapi rasa ragu, pesimis, menganggap semua negatif, merasa dirinya tidak berguna, bahkan merasa kehilangan dukungan dari keluarga.

Secara psikologis orang yang putus asa akan menunjukkan gejala emosi yang dapat mengakibatkan tindak kejahatan.

Orang yang mengalami putus asa, hidupnya merasa kacau dan keadaan yang dihadapinya tidak dapat dikendalikan. Dalam kondisi seperti ini orang sulit berpikir jenih, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Putus asa merupakan salah satu gejala depresi. Jika tidak diatasi dengan baik, perasaan ini tidak hanya dapat mengganggu aktivitas, tapi juga dapat mengarah kepada aksi bunuh diri.

Seseorang yang mengalami putus asa akan merasa kehilangan harapan, menderita, dan larut dalam kesedihan.

Bisa jadi orang yang putus asa akan dapat beraktivitas sebagaimana biasanya, namun mereka tidak merasakan adanya kebahagiaan dalam hidup.

Dalam Al-Qur’an ada 20 ayat dalam 16 surat yang menerangkan larangan berputus asa, sebab-sebabnya dan solusinya.

Dalam Al-Qur’an diterangkan, manusia berputus asa dalam beberapa hal yaitu: putus asa dari rahmat Allah (QS Yusuf : 87); putus asa ketika ditimpa malapetaka dan musibah (QS Al-Isrâ': 83); putus asa terhadap akhirat (QS ar-Rûm : 12); putus asa kala nikmat dicabut (QS Hûd: 9); putus asa karena ditimpakan azab dan siksa (QS al-Mu’minûn: 77); dan putus asa terhadap suatu keputusan (QS Yusuf: 80).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Allah telah berfirman:

Artinya, “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (QS al-Isrâ’: 83).

Sesungguhnya perasaan bangga dan putus asa merupakan tabiat manusia.

Apabila mereka diberikan nikmat kesehatan dan kelapangan, mereka tidak mau berzikir dan berdoa kepada Allah, bahkan menjauh dari Allah dengan sombong dan berbangga diri.

Namun jika ditimpa kesusahan seperti sakit dan kemiskinan, mereka putus asa dari rahmat Allah. Padahal Allah memberikan solusi untuk mengatasi putus asa dengan membaca Al-Qur’an, dzikir, bersikap sabar, banyak berdoa, meningkatkan rasa syukur kepadaNya.

Artinya, “Ibrahim berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya kecuali orang-orang sesat’." (QS al-Hijr: 56).

Pada surat al-Baqarah: 214 dijelaskan, apakah kalian mengira akan masuk surga dengan hanya menyatakan keislaman tanpa diuji seperti halnya orang-orang sebelum kalian? Mereka diuji dan dingoncangkan dengan berbagai cobaan (kemiskinan, penyakit dan kesengsaraan).

Sampai- sampai Rasulullah sendiri dan orang-orang yang bersamanya berkata, "Bilakah pertolongan Allah akan tiba?" Saat itu Allah menepati janji-Nya dan mengatakan kepada mereka bahwa pertolongan itu sudah dekat.

Yakinlah, bahwa tidak ada beban musibah apapun yang tidak bisa dilewati. Allah akan memberikan beban sesuai dengan kekuatan masing-masing, sebagaimana firman-Nya:

Artinya, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.” (QS al-Baqarah: 286).

Ayat ini menjelaskan, setiap cobaan yang diberikan selalu memiliki jalan keluar. Allah tidak memberikan cobaan melainkan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.

Untuk itu, sudah semestinya manusia tidak patah semangat, dan terus berusaha mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi.

Meskipun terasa sulit, jika selalu percaya dan yakin atas kekuasaan Allah, maka hati akan terasa lebih tenang.

Yakinlah badai pasti berlalu, jangan putus asa, musibah pasti akan berakhir. Semoga musibah yang mendera ini menjadi ladang amal dan kebaikan di kemudian hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini