SuaraBekaci.id - Natalius Pigai sebut Jokowi banyak musuh. Sehingga Jokowi aman jika berpasangan Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Dengan begitu Jokowi jadi presiden lagi untuk ketiga kalinya.
Natalius Pigai punya saran ke Jokowi biar mulus setelah 2024.
Untuk kebaikan Jokowi dari jeratan sekelilingnya, Pigai blak-blakan paling pas ya Jokowi itu dukung Prabowo maju di 2024.
Mantan Komisioner Komnas HAM itu menilai salah satu keuntungan Jokowi dukung Prabowo di 2024, adalah JOkowi bisa aman dari kejaran masalah selama dia menjabat sebagai Presiden. Apalagi Prabowo setahu Pigai adalah bukan tipe politikus pendendam.
Baca Juga:Ridwan Kamil Ungkap Rencana Menhan Prabowo di Sukabumi
“Saran Sy: Pak Jokowi paling aman dukung Prabowo di 2024. Prabowo politikus yg fair & tdk pernah dendam, benci lawan politik,” tulis Pigai dikutip dari cuitan akun Twiternya, Senin 21 Juni 2021.
Natalius Pigai mengatakan Jokowi banyak masalah sehingga rawan dia tersangkut masalah selepas tidak menjabat Presiden. Makanya untuk cari aman lebih baik ya dukung Prabowo aja di Pilpres 2024.
![Natalius Pigai soal Menteri Jokowi (YouTube/FerdyHasiman).](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/22/23056-natalius-pigai-soal-menteri-jokowi.jpg)
“Saya biasa tangani kasus jd Sy tahu Jokowi & kel punya banyak masalah, bisa repot saat pensiun. Musuh Pak Jokowi banyak, termasuk bunglon2 di lingkarannya,” kata Pigai.
Belakangan jagat politik tanah air heboh dengan wacana Jokowi Prabowo 2024 yang bergulir terus. Salah satu semangat mendorong pasangan ini maju di Pilpres 2024 adalah supaya polarisasi tidak muncul lagi.
Pengamat politik, M Qodari santai saja menyampaikan dukungan pasangan Jokowi Prabowo pada Pilpres 2024. Alasannya pasangan ini bisa menghindarkan dari potensi munculnya polarisasi efek dari Pilpres gitu.
Baca Juga:Lagi Panas Capres 2024, Ridwan Kamil Temui Prabowo di Jakarta
Qodari mengatakan mendukung Jokowi tiga periode demi menghindari polarisasi itu beda dengan Orbe Baru lho. Jangan salah, gitu kata Qodari, beda banget.
“Bencana lebih nyata itu adalah bencana polarisasi, jangan disamakan dengan Orde Baru kan di era ini tidak ada pembatasan masa jabatan. Ini kan ada (pembatasan) cuma tambah satu jabatan untuk mencegah bencana itu tadi,” jelas Qodari.
![Presiden Joko Widodo meninjau pelaksanaan vaksinasi covid-19 bagi pelaku sektor jasa keuangan di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (16/6/2021). [Suara.com/Muhammad Fadil Djailani]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/06/16/40331-jokowi-di-tenis-indoor-senayan-2.jpg)
Qodari blak-blakan mendukung Jokowi maju lagi berpasangan dengan Prabowo, sebab menurutnya pasangan ini pas untuk formula menekan polarisasi selama dan pasca Pilpres.
“Jokowi Prabowo itu solusi pembelahan. Kita lihat bahaya 2024. Supaya jangan terbelah dan daripada terbelah-belah udah satuin aja ini,” kata dia.
Bukan tanpa dasar Qodari menyampaikan ide yang tak populer ini. Dalam program Kupas Tuntas tvOne Maret lalu, Qodari sudah terang mendukung Jokowi tiga periode berpasangan dengan Prabowo.
Qodari mengatakan kondisi saat ini benar-benar PR berat bagi pemimpin Indonesia ke depan. Sekarang sih masih adem ayem, lihat nanti kalau sudah masuk tahapan Pilpres bakal tensinya tinggi.
“Ada dua PR kita ini, pertama jangan sampai polarisasi yang laten ini kemudian menjadi ledakan besar. Potensi ledakan besar itu paling bisa terjadi saat Pemilu Presiden, Sekarang sih adem ayem,” kata dia dikutip dari kanal Youtube Talk Show tvOne yang tayang Maret lalu.
Soal potensi polarisasi dampak Pemilu ini bukan ngarang aja lho. Qodari mengatakan ada teori dan dasarnya yakni buku Jack Snyder berjudul From Voting to Violent. Dua hal ini ada relasinya menurut Snyder dan itu terbukti di gelaran Pilpres termutakhir Indonesia.
Kekerasan usai Pemilu itu biasanya berkaitan dengan primordialitas, isu SARA dan politik identitas. Nah Qodari memberi perumpamaan yang jelas melakui karakter buaya.
“Jadi SARA, politik identitas ini seperti buaya. Kalau airnya tenang itu bukan berarti dia nggak ada. Ada tapi kayak kayu. Dalam situasi sekarang ini buayanya diam di bawah permukaan air, tapi siap menyergap. Begitu momentumnya pas dan memungkinkan, buaya itu akan menyergap,” kata dia.